“Kami berterima kasih kepada Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas yang mau membantu upaya percepatan penurunan stunting. Sesuai arahan Bapak Presiden, dalam Rakernas BKKBN, upaya percepatan penurunan stunting ini dilakukan bekerja sama dengan semua pihak. Kalau hanya pemerintah sendiri maka tidak akan bisa tercapai target penurunan stunting. Kolaborasi dan kerja sama sangat diperlukan,” kata Hasto didampingi Deputi bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi (Adpin) BKKBN Sukaryo Teguh Santoso, Direktur Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) BKKBN Eka Sulistia Ediningsih, dan jajaran staf lainnya.
Hasto mengatakan stunting itu merupakan masalah yang sangat penting yang harus diselesaikan saat ini.
“Mengapa penting? Karena stunting itu betul-betul menggerus kualitas sumber daya manusia Indonesia. Karena stunting, SDM Indonesia tidak bisa unggul. Stunting ini jumlahnya banyak, 21,6 persen bayi di Indonesia saat ini stunting. Jadi pengaruhnya sangat besar,” kata Hasto.
Hasto yang juga dokter spesialis obgyn ini mengatakan stunting berbeda dengan penyakit lainnya.
“Kalau penyakit yang disebabkan jamur misalnya, itu tidak menggerus kecerdasan. Stunting ini merusak masa depan anak-anak Indonesia,” ujar Hasto.
Karena itu Hasto mengajak YDKK melakukan upaya percepatan penurunan stunting itu dengan melakukan tiga hal berkaitan dengan faktor penyebabnya.
Pertama, faktor jauh, yakni stunting penyebabnya karena sanitasi yang buruk, ketiadaan jamban. Intervensi terhadap faktor jauh menurut Hasto, dampak terhadap penurunan stunting cukup lama.
“Butuh waktu antara 3 sampai 5 tahun maka stuntingnya baru bisa diturunkan,” kata Hasto.
Faktor kedua, Hasto mengatakan adalah faktor menengah yakni stunting yang disebabkan karena jumlah anak dalam satu keluarga yang terlalu banyak, jarak waktu melahirkan yang terlalu dekat, serta melahirkan pada usia terlalu muda ataupun terlalu tua.
Discussion about this post