PENASULTRA.ID, JAKARTA – Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (YDKK) yang merupakan lembaga filantropi menangani masalah kemanusiaan menyatakan keinginannya untuk membantu upaya percepatan penurunan stunting.
Hal tersebut terungkap ketika mereka melakukan kunjungan audiensi dengan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo di kantor BKKBN di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin 13 Maret 2023.
“Kedatangan kami ke BKKBN untuk mengetahui, apa yang bisa kami lakukan untuk membantu upaya percepatan penurunan stunting,” kata Anung Wendyartaka, salah seorang pengurus YDKK.
Dalam audiensi itu, Anung didampingi pengurus lain yakni Gesit Ariyanto, Budi Suwarno, Dinda Pangesti, dan jurnalis Kompas Adhitya Ramadhan.
Anung mengungkapkan YDKK yang didirikan pada 1982, selama ini giat melakukan tanggap darurat bencana. Kendati demikian, YDKK yang mewadahi seluruh kegiatan sosial kemanusiaan dari Kelompok Kompas Gramedia Grup ini juga melakukan misi kemanusiaan lainnya.
“Sejak 2011, telah bertransformasi. Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas melakukan program bantuan rehabilitasi pascabencana, bantuan program untuk kesehatan, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat,” kata Anung.
Menurut Anung, program kesehatan dan pendidikan yang dilakukan YDKK juga dilakukan untuk upaya perbaikan sanitasi berupa bantuan program jambanisasi. Program bantuan jambanisasi ini menurut Anung, dilakukan di Surabaya, Surakarta, Malang, dan Magelang.
Terkait program bantuan pemberdayaan masyarakat, Anung mengatakan tujuannya adalah untuk perubahan perilaku. Program ini juga bisa dilakukan dengan model hibah bergulir.
Menanggapi keinginan YDKK untuk membantu upaya percepatan penurunan stunting, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyatakan apresiasinya.
“Kami berterima kasih kepada Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas yang mau membantu upaya percepatan penurunan stunting. Sesuai arahan Bapak Presiden, dalam Rakernas BKKBN, upaya percepatan penurunan stunting ini dilakukan bekerja sama dengan semua pihak. Kalau hanya pemerintah sendiri maka tidak akan bisa tercapai target penurunan stunting. Kolaborasi dan kerja sama sangat diperlukan,” kata Hasto didampingi Deputi bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi (Adpin) BKKBN Sukaryo Teguh Santoso, Direktur Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) BKKBN Eka Sulistia Ediningsih, dan jajaran staf lainnya.
Hasto mengatakan stunting itu merupakan masalah yang sangat penting yang harus diselesaikan saat ini.
“Mengapa penting? Karena stunting itu betul-betul menggerus kualitas sumber daya manusia Indonesia. Karena stunting, SDM Indonesia tidak bisa unggul. Stunting ini jumlahnya banyak, 21,6 persen bayi di Indonesia saat ini stunting. Jadi pengaruhnya sangat besar,” kata Hasto.
Hasto yang juga dokter spesialis obgyn ini mengatakan stunting berbeda dengan penyakit lainnya.
“Kalau penyakit yang disebabkan jamur misalnya, itu tidak menggerus kecerdasan. Stunting ini merusak masa depan anak-anak Indonesia,” ujar Hasto.
Discussion about this post