Oleh: Riska
Tidak ternafikan bahwa terjadi pertentangan pada sebagian pemikir mengenai peran perempuan dalam politik. Sebagian besar pertentangan ini berputar pada alasan pengelolaan rumah tangga dan sifat alamiah perempuan.
Terkadang mereka memiliki pandangan dengan bertolak pada sejarah, artinya sejarah memperlihatkan bahwa perempuan tidak terlibat dalam politik.
Menggunakan sejarah sebagai alasan penolakan terhadap keterlibatan perempuan dalam politik adalah alasan yang lemah. Sebab, dalam sejarah islam Sayyidah Fatimah sangat membantu untuk menolak anggapan tersebut. Sejarah kehidupan Fatimah menjadi saksi akan keterlibatan perempuan dalam politik. Sebagian penolakan di atas tidak memiliki landasan yang jelas.
Pengelolaan rumah tangga bukan merupakan sifat alamiah perempuan. Sebagian yang berbeda pendapat mengenai keterlibatan perempuan dalam politik, mereka mengangkat alasan itu. Bahwa perempuan sebaiknya di dalam rumah saja. Dan ada juga yang menggunakan sifat alamiah sebagai penolakan mereka. Bahwa sifat alamiah perempuan adalah tidak adanya potensi untuk terlibat dalam politik.
Persoalan apakah satu sama lainnya berhubungan, pastilah memiliki suatu hubungan. Ada akibat yang berdampak dan diterima oleh masing-masing.
Dalam pengelolaan rumah tangga, jika hal ini dilakukan dengan baik, dalam artian itu dilihat sebagai konteks pendidikan, maka hal ini berefek pada kualitas generasi. Dalam proses mendidik inilah salah satu peran perempuan dalam memberikan konsep maupun praktik dalam politik.
Jika pengelolaan rumah tangga dilihat sebagai satu unit bagian dari sistem sosial, aktivitas perempuan didalamnya akan memiliki akibat yang besar terhadap politik. Sehingga kita bisa melihat hubungannya satu sama lain.
Jika ruang keluarga dilihat secara teliti, akan mengantarkan pada suatu pahaman bahwa keluarga adalah lembaga pertama dalam memulai pendidikan. Sehingga, pendidikan dalam keluarga akan menciptakan generasi yang berkualitas. Peran ini sangat menonjol pada diri perempuan.
Dalam perannya tersebut, perempuan akan menyalurkan cinta dan kasih sayang terhadap generasi. Hal ini akan merubah arah masyarakat dan politik. Ini akan menjadikan praktik politik dengan landasan cinta orientasi kemanusiaan.
Keluarga sangat ditekankan untuk menghidupkan nilai-nilai tersebut, perempuan sebagai individu yang bertanggung jawab didalamnya harus mampu menghidupkannya. Jika lembaga keluarga mengalami keretakan dan kehilangan cinta serta kasih sayang akan menimbulkan dampak negatif terhadap seluruh elemen masyarakat.
Dua poin penting inilah, cinta dan kasih sayang yang harus diperhatikan bagi perempuan dalam perannya di keluarga dan arena politik. Kehilangan cinta dan kasih sayang dalam praktik politik akan menyebabkan terjadinya kezaliman. Inilah yang terjadi saat ini dalam praktik politik.
Politik membutuhkan perempuan dalam artian untuk mengembalikan cinta dan kasih sayang yang telah lama hilang dalam praktiknya. Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang sangat mendasar. Tak heran, jika kita mengatakan bahwa peran perempuan adalah peran mendasar dalam politik.
Discussion about this post