PENASULTRA.ID, JAKARTA – The Bakuucakar bukanlah nama baru di dunia musik Indonesia.
Terbentuk sejak 2008, The Bakuucakar sudah menemani setiap penampilan Glenn Fredly selama 12 tahun diatas panggung.
Masing-masing personil bergabung bersama Glenn di rentang waktu 2007 dan 2008. Hingga pada pertengahan 2008, Rifka Rachman menjadi personil yang terakhir bergabung dan semenjak itu, mulailah The Bakuucakar berjalan dengan formasi 7 orang personil tersebut hingga hari ini.
Band yang terdiri dari Andre Dinuth (gitar), Bonar Abraham (bass), Harry Anggoman (keyboard), Kenna Lango (hammond), Nicky Manuputty (saksofon), Rayendra Sunito (drum), dan Rifka Rachman (vokal utama dan sequencer), ini merupakan musisi-musisi handal yang sudah cukup lama berada di industri musik Indonesia.
Masing-masing personil pun sudah memiliki nama besar dengan rentetan perjalanan musik yang panjang.
“Pada saat itu kita enggak kepikiran bikin band ini punya nama khusus. Nama Bakuucakar juga dibuat spontan aja, yang artinya sebenarnya cakar-cakaran atau saling cakar,” kata Rayendra Sunito dalam keterangan persnya, Jumat 22 Juli 2022.
“Saat kita ada show di Belanda bersama Glenn Fredly, dia bilang band ini harus punya nama dan karya sendiri, trus Bung Kenna sering sebut kata ‘Bakuucakar’. Glenn bilang yaudah itu aja namanya,” terang Rayendra mengisahkan soal asal mula nama The Bakuucakar.
Bonar Abraham menjelaskan, sebenarnya saling cakar itu dimaksudkan dalam bermusik atau harmoni. Di band ini kata dia, datang dengan latar belakang musik, karakter pribadi dan generasi yang berbeda-beda.
“Kita coba menyatukan elemen-elemen dari masing-masing personil, sampai pada akhirnya kita bisa menemukan tujuan kita dalam bermusik, dimana salah satunya membuat karya terbaik yang kita bisa. Kita pun memiliki karakter yang justru saling berkontribusi dalam permainan musik The Bakuucakar,” bebernya.
“Jika yang satu memberikan ide, yang lain menyempurnakan ide tersebut. Demikian juga saat bermain diatas panggung, kita saling meng-explore, sering spontan bersahut-sahutan dengan instrumen musik yang kami mainkan,” tambah Bonar.
Berjalan bersama selama 14 tahun, kiprah band ini seakan tidak memberi sinyal tanda-tanda kelelahan dan justru semakin solid. Bahkan saat ditinggal selamanya oleh sang legenda Glenn Fredly, The Bakuucakar tak kehilangan sedikitpun spirit dalam bermusik. Mereka memutuskan untuk terus menguat dan terus berkarya.
“Proses yang kita lalui tentu tidak mudah. Buat aku, sosok Glenn Fredly itu tidak bisa tergantikan. Tapi saat ini kita memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan sebagai satu band. Harus ada yang mengambil tanggung jawab di atas panggung, dalam hal ini peran sebagai frontman,” ujar Rifka Rachman.
“Disini mau tidak mau aku harus mengambil porsi yang sedikit lebih banyak dalam berinteraksi dengan penonton, dalam membangun energi yang besar ke sesama personil diatas panggung untuk bisa dinikmati dengan enak oleh penonton,” tutur Rifka menambahkan.
Untuk itu di tahun 2021, hadir di bawah payung label Musik Bagus Indonesia dan manajemen Bumi Entertainment, The Bakuucakar memutuskan untuk membuat lembaran cerita terbaru sebagai sebuah band dengan merilis dua single di tahun yang sama yang berjudul “Bakuucakar” dan “Love”.
Discussion about this post