Oleh: Siti Aminah, S. Pd
Mahasiswa adalah tombak peradaban. Merekalah yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan ke depan. Pontensi mereka harus senantiasa dipupuk demi tercapainya kehidupan yang sejahtera dan mampu membawa perubahan di masa depan.
Tanpa hadirnya mahasiswa yang berkompeten, mustahil negeri ini mengarah pada kebaikan. Bahkan bisa jadi, output dari Universitas-universitas hanya jadi pekerja atau buruh di negerinya sendiri dan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang punya modal besar.
Itu terlihat dari proyek terbaru IKN yang mengajak mahasiswa dan para alumni vokasi untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur mangkrak. Ternyata mangkraknya IKN tidak menyurutkan upaya rezim melanjutknnya dengan memanfaatkan generasi muda yaitu mahasiswa. Bahkan demi menarik kembali investor, rezim menjanjikan tempo investasi sampai 180 tahun.
Akhirnya pemerintah melakukan berbagai upaya untuk melanjutkan proyek IKN. Upaya tersebut diantaranya dengan meningkatkan kompetensi SDM mahasiswa yang nantinya akan bekerja dalam pembangunan IKN, Program Pendidikan Vokasi (PPV) Universitas Halu Oleo bekerja sama dengan Balai Jasa Konstruksi Wilayah VI Makassar mengadakan pelatihan BIM yang diadakan mulai tanggal 20 Februari 2023 sampai 25 Februari 2023 dan diikuti oleh 50 peserta dari mahasiswa calon alumni Vokasi UHO.
Dikutip dari telisik.id, dalam rangka mendukung percepatan pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Negara (IKN) dan implementasi kolaborasi teknologi di bidang konstruksi, maka pembangunan IKN perlu didorong dengan pemanfaatan Building Information Modelling (BIM) dalam mempermudah koordinasi, integrasi, efisiensi, dan pengendalian pelaksanaan konstruksi (23/2/2023).
Secara kasat mata Building Information Modelling (BIM) sangat baik dan membantu. Namun jika ditelisik lebih dalam, maka proyek ini sebenarnya mahasiswa atau para generasi muda hanya dimanfaatkan menjadi tenaga buruh murah untuk kepentingan para korporasi asing. Karena yang dibutuhkan adalah para mahasiswa dan alumni vokasi.
Artinya memang dipersiapkan para alumni untuk terjun langsung ke dunia kerja dan ini tentu sangat baik dalam pandangan mereka karena ada garansi untuk kerja, apalagi program ini diberikan sertifikat internasional.
Siapa yang tidak tergiur dengan pekerjaan hari ini, ditambah lagi sertifikat internasional. Akhirnya mahasiswa terjebak dengan hal tersebut dan melupakan potensi dirinya, bahwa seorang mahasiswa atau pemuda seharusnya menjadi tenaga ahli bukan buruh, apalagi menjadi bawahan atau buruh dari para korporasi asing.
Hal ini tentu dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang diterapkan. Sistem saat ini mendukung arah pendidikan yang berorientasi DUDl (dunia usaha dan dunia industri) yang serba materialistik. Padahal harusnya para mahasiswa itu menjadi tenaga ahli sekaligus menjadi pemimpin peradaban untuk kebangkitan umat dan kebaikan peradaban manusia.
Discussion about this post