PENASULTRA.ID, JAKARTA – Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sumatera Utara dan beberapa dinas kabupaten/kota, yang hadir saat sosialisasi Anugerah Kebudayaan (AK) PWI Pusat 2023, mempertanyakan kebaruan apa yang ada pada AK-PWI Pusat pada perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di Medan, Februari 2023 nanti.
Dengan tegas Ketua Pelaksana AK-PWI Yusuf Susilo Hartono menjawab, kebaruan itu ada pada tema yang diajukan kepada para bupati/wali kota yang ikut acara ini, yaitu inovasi.
Lengkapnya adalah “Inovasi pangan, sandang dan papan berbasis informasi dan kebudayaan (kearifan lokal)”.
Tema inovasi tersebut diurai dalam sub tema inovasi. “Inovasi Pangan Berbasis Kearifan Lokal dan Informasi Global Menuju Swasembada”, kedua, “Inovasi Sandang yang Berkepribadian Berbasis Kearifan Lokal dan Informasi Global”, dan ketiga “Inovasi Papan Berbasis Kearifan Lokal, Keselarasan dengan Alam dan Informasi Global”.
“Bupati/wali kota cukup memilih salah satu saja yang menonjol di daerahnya,” papar Yusuf yang membidangi dan melaksanakan acara ini sejak pertama era Ketua Umum PWI H. Margiono (alm) pada HPN 2016 di Lombok, berlanjut era Ketua Umum Atal S.Depari, pada HPN 2020 di Banjarmasin, HPN 2021 di Ancol, Jakarta, HPN 2022 di Kendari, dan HPN 2023 mendatang di Medan, Sumatera Utara.
Reka Baru
Dalam sosialisasi via daring, Jumat, 19 Agustus 2022, Yusuf menekankan makna “inovasi”. Bahwa, yang dimaksud dengan inovasi adalah reka baru, yang dapat diartikan sebagai proses dan/atau hasil pengembangan, pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki produk, proses, dan/atau sistem yang baru, yang memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan.
Yusuf mengingatkan, produk pangan lokal Indonesia sangat melimpah. Sayangnya Indonesia terfokus pada beras sehingga bergantung pada impor. Padahal kalau Indonesia mau menyadari bahwa setiap daerah memiliki kearifan lokal dalam keragaman pangan, dan mau melakukan inovasi dengan teknologi dan informasi, maka beragam produk pangan lokal tersebut, sangat potensial mewujudkan kemandirian pangan suatu daerah, yang pada gilirannya kemandirian negara.
“Dengan sendirinya akan mempercepat tercapainya ketahanan dan swasembada pangan nasional,” terangnya.
Berkaitan dengan subtema sandang, Yusuf menjelaskan, bukan sekadar pakaian sebagai penutup tubuh, akan tetapi lebih jauh daripada pakaian sebagai identitas diri, kedaerahan dan kebangsaan.
Discussion about this post