Kesalahan penggunaan partikel “di” dalam sebuah kalimat masih sering kita jumpai. Banyak orang-termasuk saya- masih kerap keliru. Padahal, partikel “di” punya kaidah sendiri, baik saat digunakan sebagai imbuhan ataukah penunjuk keterangan, baik keterangan objek, tempat, atau waktu.
Ini hanya soal ketelitian saja sebenarnya, dan jangan terburu-buru menulis, agar bisa tepat saat dieja dalam bentuk tulisan.
View this post on Instagram
Cara jitunya adalah cermat mengidentifikasi apakah kata yang mengikuti partikel di adalah kata kerja atau kata keterangan. Misalnya, bila “di” mengikuti kata kerja, maka jelas partikel tersebut difungsikan sebagai imbuhan.
Semisal partikel “di” diikuti oleh kata makan, maka partikel di tersebut berfungsi sebagai imbuhan awalan. Oleh karena itu partikel di dan kata kerja dasar “makan”, harus ditulis bersambung atau dimakan.
Bila yang mengikuti partikel “di” dalam sebuah kalimat adalah kata keterangan, maka secara otomatis, partikel di dan kata keterangan yang mengikutinya, harus dipisahkan. Misalnya yang mengikutinya adalah kata kalangan (objek), sekolah (tempat), atau Oktober (waktu), maka penggunaan partikel di yang mendahului kata tersebut harus dipisahkan.
Misalnya bila itu ditulis dalam judul berita. “Vaksinasi di Kalangan Tenaga Medis Capai 80 Persen”. Atau “Hari H Pemilu 2024 Diputuskan di DPR”. Beda misalnya dengan “di” sebagai imbuhan dengan kata kerja di depannya. “Tersangka Korupsi Dipanggil Jaksa”. Partikel “di” dan “panggil” itu disatukan.
Sederhana sebenarnya, hanya butuh sedikit kecermatan, ketelitian dan tentu saja kebiasaan. Bukan hanya asal tulis, kemudian abai terhadap kaidah lalu menyerahkan pada orang yang membacanya.
Discussion about this post