“Kongres ke-4 ini berbeda dari sebelumnya, jika sebelumnya penganggarannya oleh KBST, kali ini ditanggung oleh pemda. Secara teknis pelaksanaan kami bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sultra. Kolaborasi inilah yang kami ingin agar semakin masif, bukan hanya pemda tapi juga oleh instansi terkait, komunitas dan lainnya,” ujar Uniawati.
Menurutnya, ada tiga program prioritas KBST, yakni literasi kebahasaan dan kesastraan, pelindungan bahasa dan sastra daerah serta internasionalisasi bahasa indonesia.
Untuk program literasi kebahasaan dan kesastraan, pihaknya telah mengadakan berbagai kegiatan dengan melibatkan para generasi muda.
“Program ini kami ada pemberdayaan generasi muda sekitar 852 orang yang terlibat. Pemberdayaan komunitas yang melibatkan 19 komunitas. Sosialisasi dan pengujian UKBI, ada penyusunan kamus dan lainnya,” Uniawati menambahkan.
Sementara untuk program pelindungan bahasa dan sastra daerah, kata Uniawati, pihaknya telah mengadakan kegiatan revitalisasi sastra lisan Moronene atau sastra Tumbuoriou di Bombana.
“Ada pementasan sastra Tumbuoriou dan pelatihan guru master,” kata Uniawati.
Lalu terkait program internasionalisasi bahasa indonesia, KBST telah menghasilkan 29 buku terjemahan cerita anak bermutu dalam tiga bahasa.
Discussion about this post