Oleh: AMR
Refin Rahman baru saja bikin bangga orang di kampungnya di Kabaena. Kabarnya tersiar sore tadi. Bocah berusia 9 tahun ini pulang dari Kota Kendari dengan penghargaan di tangan. Perunggu berkalung di lehernya. Dari ratusan ribu anak Madrasah Ibtidaiyah se Nusantara, ia jadi satu dari tiga yang terbaik. Ia menang di ajang kompetisi sains madrasah (KSM) se Indonesia. Kategorinya tidak main-main, IPA terintegrasi.
Refin istimewa. Orang tuanya, Rahman dan Tina hanya pasangan dengan kehidupan sederhana. Sehari-hari, ayahnya jadi karyawan perusahaan tambang, sementara ibunya mengurus rumah tangga plus merawat tiga anaknya. Di dekat rumah Refin, ada madrasah ibtidaiyah swasta Al Istiqamah. Di sekolah kecil itulah ia memilih menuntut ilmu, dan kini sudah kelas V. Tepatnya di Desa Tapuhaka, Kabaena Timur, Bombana.
Tiga bulan silam, anak kedua dari tiga bersaudara ini didorong sekolahnya ikut kompetisi sains, kelas IPA terintegrasi. Hanya ia sendiri dari Kabaena, bersaing dengan belasan murid MI se Bombana. Soal-soalnya dijawab via komputer yang dikoneksikan ke panitia. Alih-alih punya komputer, lihat benda itu saja hanya di tivi-tivi. Tapi saat ditawari ikut lomba, Refin oke saja.
“Nanti Agustus, pas mau kompetisi baru dia pegang mouse, baru da tahu itu layar komputer,” kawan saya, Selamat Jamin, operator di MTS Kabaena, tempat Refin “numpang” berlomba, menyampaikan itu.
Tapi Refin mulus melewatinya. Si bocah justru kian mahir mengoperasikan benda berbasis teknologi itu. Saat pemenang se Bombana diumumkan, akhir Agustus lalu, nama Refin Rahman yang jadi jawara. Sekolahnya jumawa dan kian percaya diri. Refin lalu ditunjuk mewakili Bombana, bersaing dengan 16 bocah lainnya dari kabupaten/kota lain di Sultra. Level provinsi tandingnya. Tiap anak mewakili satu kabupaten.
Saat nama pemenang tingkat provinsi diumumkan, akhir September silam, Refin lagi-lagi lahir sebagai yang terbaik. Santri dari sebuah sekolah kecil berdinding papan di Tapuhaka, yang siswanya hanya 58 orang ternyata bisa menguasai Sultra.
Ditunjuklah ia mewakili Sultra, berkompetisi ke level nasional. 33 orang pesaingnya. Refin dipanggil ke Kendari, bersama wakil Bumi Anoa lainnya di tingkat MTS dan MA. Biar terpusat kompetisinya.
“Itu anak, belum pernah lihat Kendari. Gara-gara prestasinya, ia akhirnya bisa injak itu kota,” tambah Selamat.
Untuk level nasional, lombanya digelar sejak 23 Oktober lalu. Saat pemenang diumumkan, Sultra dapat tiga medali. Di tingkat Madrasah Aliyah, dapat emas dan perunggu di dua kategori berbeda. Perunggu lainnya, Refin Rahmanlah yang mencatat namanya.
Discussion about this post