“Anakku, lampu itu ayah pakai untuk bekerja sebagai pejabat negara. Minyak untuk menghidupkan lampu itu dibeli dengan uang negara, sedangkan engkau datang ke sini akan membahas urusan keluarga kita,” jelasnya.
Dia lantas memanggil pembantu pribadinya untuk mengambil lampu dari luar dan menyalakannya.
“Sekarang, lampu yang kepunyaan keluarga kita telah dinyalakan. Minyak untuk menyalakannya dibeli dari uang kita sendiri. Silakan lanjutkan maksud kedatanganmu,” kata sosok berjulukan khulafaur rasyidin kelima itu lagi.
Demikianlah, rasa wara’ Umar bin Abdul Aziz membuatnya lebih suka berbincang dalam gelap daripada harus disinari terang dari uang negara. Bagi orang-orang kini, mungkin persoalan tersebut sepele. Akan tetapi, seorang mukmin yang kuat imannya menyadari betul, Allah Maha Teliti atas setiap perbuatan hamba-hamba-Nya.
Semoga dari kisah Umar bin Abdul Azis ini menjadi pelajaran bagi pejabat agar tidak bermudah-mudah dalam menggunakan fasilitas negara, sebab kelak semua perbuatan akan Allah mintai pertanggungjawaban. Inilah gambaran individu yang memiliki ketaqwaan sangat berhati-hati dalam setiap perbuatanya, wallahu a’lam bisshowab.(***)
Penulis adalah Pemerhati Sosial asal Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post