Walau bergaji kecil, yakni hanya berkisar Rp 50 ribu sebulan, namun demi pengabdian terhadap masyarakat pekerjaan mulia itu dilakoninya.
Ironisnya, niat tulusnya tersebut terpaksa kandas setelah dipecat oleh Wa Ode Oke, lantaran bertolak belakang dengan arahan sang lurah pada pesta demokrasi lima tahunan di Bumi Sowite.
“Dua kali ibu lurah panggil saya, yang pertama kita dipanggil sembilan orang tokoh masyarakat, termasuk saya. Ibu lurah bilang ke saya mau bantu atau tidak? Maksudnya bantu dimomen Pilkada. Saya bilang di Pilkada tahun ini saya pilih Rajiun,” kata Ria menirukan percakapannya dengan Wa Ode Oke.
“Kita terima honor itu dua kali dalam setahun. Tapi itu sebenarnya bukan uang yang jadi ukuran, tapi yang saya cari adalah pengabdian kepada masyarakat,” keluh pria usia 45 tahun itu.
Discussion about this post