“Jadi, semisal burung Monde ini, dulu memang pernah ada. Namun, sekarang sudah tidak ada. Jauh sebelum kegiatan pertambangan berjalan. Saya beberapa kali ngobrol dengan warga di daerah Roko-Roko Raya, rerata yang berusia 30-35 tahun, tidak pernah tahu jenis burung itu lagi,” kata Rustam.
Demikian halnya juga dengan Rusa atau masyarakat Wawonii menyebutnya dengan Jonga. Dahulu jumlahnya lumayan banyak, tetapi sekira tahun 80-an, dengan semakin banyak penduduk dan pembukaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat, otomatis Jonga tersebut akan mencari lokasi lain yang jauh lebih aman.
Selain itu, ada juga perburuan Jonga yang dilakukan, sehingga populasinya terus berkurang. Saat ini di beberapa wilayah di Pulau Wawonii, masih ada, tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit.
Hal senada juga dikatakan Rusdin (40 tahun), warga Sukarela Jaya. Rusdin mengakui, saat dia kecil, masih banyak Jonga yang berkeliaran di dekat kampung. Lokasi Jonga biasanya berada tidak jauh dari kali Roko-Roko Raya dan sangat dekat dengan jalan utama saat ini. Namun, di era setelah 80-an, jumlahnya makin berkurang dan lambat laun tidak pernah ada lagi di wilayah Roko-Roko Raya.
“Dulu di dekat kali sini masih banyak alang-alang. Jonga banyak sekali. Lambat laun mulai hilang, karena mulai ada yang buka lahan ke atas ditambah ada juga yang berburu, sehingga saat ini, sudah tidak ada lagi Jonga di sini,” jelas Rusdin.
Sebagai putra daerah Wawonii dan juga sebagai kepala DLH Konkep, Rustam kembali berharap binatang-binatang langka yang dilindungi tersebut tetap ada dan terpelihara. Namun kenyataaanya, binatang-binatang tersebut sudah punah jauh sebelum adanya aktivitas tambang.
“Jadi kalau ada yang bilang, bahwa punahnya karena aktivitas tambang, itu tidak benar. Karena binatang tersebut sudah tidak ada atau punah jauh sebelum adanya kegiatan tambang,” imbuhnya.
Discussion about this post