Melihat peluang bisnis ekonomi alat ceamber ini, bisa dianalisa dari pendapatan yang seharusnya dipertimbangkan oleh pemerintah. Bayangkan saja, contoh Pulau Sumbawa (Bima, Sumbawa, Kota Bima dan Dompu) masih minim ceamber. Padahal, nelayan penyelam dengan populasi sekitar 200-an ribu kepala keluarga bisa melakukan terapi dengan alat ceamber.
Kalau ceamber diperkuat pada regulasi, kewajiban nelayan kompresor dan snorkel harus pemulihan kesehatan setiap bulan. Maka pendapatan daerah bertambah bisa puluhan miliyar. Logika ekonominya tentu, permintaan pemulihan melalui sistem payment (pembayaran) di rumah sakit saat pengunaan ceamber, maka ekonomi akan tumbuh.
Bayangkan saja, perorang nelayan membayar 1 juta rupiah dalam waktu 3 jam menggunakan ceamber. Tinggal dihitung saja perhari nelayan datang ke rumah sakit untuk pemulihan kesehatan sejumlah 100-200 orang disetiap rumah sakit.
Begitu juga sebaliknya, apabila nelayan penyelam kompresor dan snorkel dilarang secara massif, maka kemiskinan terjadi ketika pemerintah tidak menyiapkan mitigasi sebelumnya. Jadi pemerintah bisa pertimbangkan ceamber sebagai solusi untuk nelayan kompresor dan snorkel.(***)
Penulis adalah Ketua Front Nelayan Indonesia (FNI)
Sumber:
Channel Kawan Rusdi Kawan Kita:
https://youtube.com/channel/UCQxmiz4ag839vOhAgaBQBxA
Channel Berita RusdiNews Official:
https://youtube.com/channel/UCy_kil9wbuBEMONcQCyxuXw
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post