“Jadi kita di sportbloc tidak akan berkompetisi dengan Tokped, Shopee dan lain-lain itu e-commerce yang sudah berjalan,” ulasnya.
Sekretaris Anggota Wantimpres, Ganjar Razuni memuji Equinoc telah melakuukan satu langkah terobosan luar biasa. Hal ini patut didukung pemerintah, badan, ataupun lembaga, termasuk soal pajaknya.
“Misalnya ada keringanan pajak, bisa diusulkan kepada instansi yang berwenang. Nah, keringanan itu bentuk dukungan nyata pemerintah terhadap potensi-potensi milenial yang saya katakan punya nilai-nilai luar biasa, bisa memberikan terobosan-terobasn dan menghasilan keekonomian secara general, dan ini juga bentuk upaya kita mendorong berkembangnya industri olahraga,” tutur peraih doktor bidang ilmu politik di Universitas Nasional itu.
Ganjar sependapat kini saatnya brand-brand olaraga Indonesia go internasional.
“Brand kita perkenalkan, dan memperjuangkan tegaknya branding ini bagian dari nasionalisme olahrga kita, NKRI. Pikirannya harus di balik. Ketika kita ke Amerika, kita mengagungkan produk Indonesia. Salah satu ciri kebesaran negara di dunia itu adalah produknya di luar negeri,” tekan Ganjar.
Di satu sisi diakuinya memang banyak peralatan olahraga beredar di pasar Indonesia masih impor, salah satunya di cabang olahraga sepatu roda.
“Terkait alat-alat olahraga, apakah sudah dipikirkan bagaiana kita bisa, paling tidak, lembaga yang Adinda pimpin ini bisa mendapat kesempatan harga murah dan terjangkau, atau bila perlu produk dalam negeri pasti alasannya bahan baku. Pertanyaan apa iya bahan baku tidak ada?,” tanya mantan Ketua Harian PB Persatuan Olahraga Sepatu Roda Indonesia (Porserosi).
Ganjar mewakili pemerintah juga ingin tahu hambatan-hambatan yang selama ini dihadapi anggota-angota Equinoc.
“Mudah-mudahan ini merupakan masukan yang harus kita perbaiki, dan Insyaallah kita bantu demi berkembangnya usaha-usaha seperti ini, industri dalam negeri olahrga nasional,” tandasnya.
Menurut William, ketersediaan bahan-bahan baku berkualitas menjadi hambatan terbesar anggota Equinoc yang mayoritas pelaku usaha UMKM. Sebab, hal ini berkaitan kapital besar, daya beli tinggi sedangkan pasar Equinoc cenderung pembeli produk-produk denan harga terjangkau.
“Memang akibatnya member kita banyak berantem di harga kompetitif. Artinya semakin kompetitif harganya, semakin tidak bagus kualitasnya karena menyesuaikan dengan profit yang akan diambil, dan untuk membeli bahan baku berkualitas pasti ada minimal order yang sangat besar, balik lagi kita UMKM yang mungkin memulai bisnisnya dengan modal nol, modal desain-desain,” urainya.
Ia berharap, ke depannya pemerintah bisa memfasilitasi Equinoc untuk berdiskusi dengan kalangan produsen tekstil.
“Mungkin kita tidak membeli dalam jumlah besar tapi anggota kita banyak, kebutuhan pasti banyak, itu bagi-bagi. Itulah asosiasi ini kita bentuk untuk nanti memfasilitasi agar bisa mendapatkan bahan baku berkualitas yang masih bisa ecer,” terangnya.
Discussion about this post