Kelima, mendukung aksesibilitas “jembatan udara” di Kaltim dan kota tujuan lain semakin luas, yang menawarkan jaringan saling terhubung Banjarmasin, Berau, Malinau, Palangkaraya, Tana Toraja, Tanjung Selor, Denpasar, Jakarta—Soekarno—Hatta, Jakarta–Halim Perdanakusuma, Makassar, Semarang, Surabaya, Tarakan, Yogyakarta serta kota-kota lainnya.
Keenam, kemudahan perjalanan udara intra-Sulawesi Tengah dari Palu terhubung ke Toli-Toli, Buol, Luwuk, Morowali serta menuju wilayah lain ke Gorontalo, Manado, Kendari, Ambon dan kota-kota lainnya.
Ketujuh, bagian dari kampanye Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI) sehingga semakin memperpendek jarak dan mempersingkat waktu dari satu pulau dengan pulau lainnya sehingga mobilisasi bagi masyarakat, wisatawan dan pebisnis semakin mudah, pendistribusian logistik serta kargo lebih efektif dan tepat.
Kedelapan, membantu perkembangan daerah sejalan program pemerintah. “Kaltim dan Sulteng” semakin terbuka sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru.
“Dalam upaya “Menghubungkan Indonesia” guna memperkenalkan dan mempopulerkan destinasi yang dapat dijangkau secara point to point (penerbangan berdurasi jarak pendek dan menengah) hingga setingkat kecamatan, serta sebagai bagian upaya dalam percepatan pemulihan perekonomian dalam rangka pengembangan potensi unggulan di masing-masing destinasi (sektor pariwisata, UMKM, bisnis dan lainnya),” beber Danang.
Selanjutnya, kesembilan, mengoperasikan armada jenis baling-baling (propeller) tipe pesawat ATR 72-500 atau ATR 72-600, yang tepat sesuai infrastruktur bandar udara. Pesawat berkapasitas tempat duduk 72 kelas ekonomi, konfigurasi atau tata letak 2-2.
Discussion about this post