Menyikapi kondisi hari ini, kata dia, dengan semangat mendukung petani muda atau milenial, negara harus lebih totalitas dalam memberikan dukungan berupa program-program pengembangan potensi pemuda petani, membuka kran akses anak muda untuk eksekusi peran diplomasi di level global.
“Penguatan kealumnian penerima manfaat program SDM Sawit (beasiswa atau pelatihan) tidak boleh lepas begitu saja, harus didukung dengan sarana kerja alumninya. Ini bukan soal manja tidaknya alumni, namun dalam rangka percepatan pembangunan sawit yang berkelanjutan,” tegas Benny.
Guna meminimalisir alasan “kesulitan mendapatkan sumber daya manusia (SDM)”, menurut Benny, ratusan bahkan ribuan alumni yang telah lulus program beasiswa atau pelatihan harus diberikan panggung untuk menunjukan bahwa anggaran yang telah diserap oleh mereka tidak terbuang sia-sia.
Setidaknya, pada 2023 saja, program SDM sawit salah satunya memberikan manfaat bagi 2.000 mahasiswa penerima beasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia dengan catatan perguruan tinggi penyelenggara baru di Pulau Sumatra dan Jawa.
“Kedepan, pulau tetangga seperti Kalimantan, Sulawesi dan Papua harus menjadi penyelenggara program ini. Utamanya peran strategis Kalimantan sebagai IKN, Sulawesi yang mulai ramai dengan industrialisasinya dan daerah penyangga IKN,” ujar Benny.
Discussion about this post