PENASULTRA.ID, KENDARI – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Ali Mazi menjelaskan empat isu utama yang berpotensi menjadi permasalahan terkait inflasi di Sultra.
Menurut Ali Mazi, empat isu strategis inflasi daerah di Sultra yang memiliki potensi permasalahan yang akan dihadapi di masa mendatang. Pertama, perkembangan subtitusi minyak goreng sawit dengan minyak goreng kelapa dalam, terkait kebijakan pengendalian harga.
“Kedua, kelangkaan pasokan dan tingginya harga barang kebutuhan, yang sering terjadi menjelang hari besar keagamaan (Idul Fitri). Ketiga, kondisi cuaca ekstrim yang mempengaruhi jumlah produksi beberapa komoditas. Keempat, panjangnya rantai pasok distribusi komoditas,” kata Ali Mazi saat membuka acara High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se Sultra di Rumah Jabatan (Rujab) Gubernur, Senin 25 April 2022.
Ali Mazi mengapresiasi jajaran TPID Sultra dalam mengendalikan inflasi sehingga inflasi di Sultra relatif terkendali. Sejauh ini, hingga bulan Maret 2022, inflasi tercatat sebesar 0,17 persen.
Meskipun masih relatif rendah dan terkendali, tambah dia, tetapi tantangan inflasi ke depan tidaklah mudah. Proyeksi inflasi keseluruhan 2022 diperkirakan akan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yakni 3,67 persen.
Meskipun demikian, angka inflasi tersebut masih berada pada range sasaran inflasi nasional sebesar 3,01 persen.
“Untuk itu, sinergi kita semua, baik antara pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota, maupun antar sesama organisasi perangkat daerah dan instansi vertikal yang tergabung dalam keanggotaan TPID Sultra harus terus diperkuat dalam rangka pengendalian inflasi,” ujar Ali Mazi.
Inflasi yang rendah dan stabil dapat menjaga daya beli masyarakat serta mengurangi tingkat kemiskinan dan ketimpangan serta mendukung laju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, Ali Mazi memandang bahwa High Level Meeting TPID Sultra kali ini memiliki peran strategis dalam tataran kebijakan pengendalian inflasi dan selanjutnya diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang mampu meningkatkan kualitas pengendalian inflasi daerah.
Dikatakan, inflasi yang terjadi di Sultra cenderung bergejolak terutama dipengaruhi oleh sisi suplai (penawaran) yang berkenaan dengan gangguan produksi dan kelancaran distribusi.
“Adapun komoditas yang sampai saat ini masih memberikan kontribusi besar untuk peningkatan inflasi di Sultra adalah komoditas ikan segar, sayuran, daging sapi, bawang, dan minyak goreng,” ulas dia.
Tekanan inflasi komoditas tersebut disebabkan terutama oleh keterbatasan pasokan akibat kondisi cuaca, pola produksi tahunan, terhambatnya distribusi dari daerah pemasok, baik antara kabupaten/kota di Sultra ataupun dari luar Sultra akibat kondisi surplus/defisit yang tidak merata.
Discussion about this post