<strong>PENASULTRA.ID, BAUBAU</strong> - Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nasir menyebut bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki potensi berkembang yang luar biasa. Olehnya itu pihaknya gencar dalam mengembangkan sarana pendidikan yang lebih berkualitas di kawasan Indonesia timur, khususnya di Sulawesi Tenggara. "Jadi kegiatan pelantikan dua rektor dan peresmian gedung ini adalah satu rangkaian dari apa yang dilakukan Muhammadiyah untuk meningkatkan peran dan fungsi pendidikannya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, khusus di kawasan Sultra dan Indonesia Timur. Sultra kan punya potensi maju yang luar biasa," ujar Prof Haedar usai meresmikan Gedung Universitas Muhammadiyah (UM) Buton Convention Center, selasa 17 Mei 2022. Kehadiran orang nomor satu di tubuh Muhammadiyah di negeri Buton itu tak lain untuk meresmikan langsung Gedung Universitas Muhammadiyah Buton Convention Centre (UM Buton CC) berkapasitas 3.000 orang. Gedung kebanggaan Muhammadiyah itu beralamat di jalan poros Baubau-Pasarwajo kilometer lima Kota Baubau. Selain meresmikan UM Buton CC, pada kesempatan itu juga Prof Haedar melantik dua rektor perguruan tinggi yang baru dibentuk. Yakni, Rektor Institute Teknologi dan Bisnis Muhammadiyah Kolaka dan Rektor Institute Teknologi Sains Muhammadiyah Kolaka Utara. Menurut Prof Haedar, kerja sama pemerintah dan Muhammadiyah serta seluruh komponen bangsa wajib hukumnya jika semua ingin maju. Kemudian, meningkatkan jaringan dan kerja sama sehingga akan lebih fokus dalam pengembangan pendidikan. "Satu saja syaratnya itu untuk kita bisa maju. Jadi perbedaan politik, ras, dan golongan jangan sampai malah dikapitalisasi, termasuk lewat media sosial yang membuat kita lelah dan kehilangan produktivitas, membuat energi kita yang harusnya maju malah terkuras habis," bebernya. Pro-aktifnya Muhammadiyah dalam memajukan serta melakukan pemerataan pendidikan nasional, kata Prof Haedar merupakan ikhtiar dasar dari Muhammadiyah itu sendiri. Apalagi dari sisi Human Development Index dan daya saing, Indonesia kata dia masih nomor 6-7 di kawasan ASEAN. “Bukan karena kita tidak punya SDM yang bagus, tapi pranata dan institusi pendidikan belum terintegrasi antara pemerintah dan swasta. Kemudian juga kita belum punya kebijakan yang berkesinambungan dan lebih jauh lagi yang progresif meningkatkan kualitas,” ujar Prof Haedar memungkasi. <strong>Penulis: Rusman</strong> <strong>Editor: Ridho Achmed</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/lA_GXcG7E3k
Discussion about this post