Diakuinya, sebagai petani nenas ia merasa kesulitan padahal nenas bisa diolah sehingga harga bisa lebih mahal.
“Sejak tahun 1965, saya sudah menjadi petani nenas, saya membiayai anak dan istri saya dari bertani, saya tidak ingin mengeluh di sini, hanya saja saya ingin meningkatkan nilai tambah dari hasil tani saya karena saya dengar nenas ini bisa diolah jadi selai, sirup dan beberapa bahan lainnya,” ujar Laode Unde.
Senada, Nurlin seorang petani seledri dari Kecamatan Lohia mengatakan, bagaimana cara memasarkan hasil pertanian yang ia punya. Apalagi, seledri merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Andi Sumangerukka mengatakan, seorang petani ketika akan menjual hasil tani harus menjaga kualitasnya.
“Bagaimana mempertahankan kualitas maka mau tidak mau pasti dicari, ini memang hanya untuk jangka pendek kalau untuk jangka panjang maka perlu sentuhan teknologi,” tutur Andi Sumangerukka.
Discussion about this post