Sementara itu, General Manager PLN UID Sulselrabar, Edyansyah menyampaikan bahwa PLN terus berupaya memperkuat sistem kelistrikan di wilayah Sulawesi. Saat ini, kapasitas daya listrik di wilayah Sulselrabar mencapai 1.800 MW dengan beberapa pusat pembangkit besar seperti Cenggiha, Atak, dan Stargate.
“Sulawesi Tenggara memiliki daya yang sangat potensial untuk menarik investor. Bahkan saat ini energi terbarukan di Sultra sudah mencapai 34%, jauh di atas rata-rata nasional yang baru sekitar 14%. Ini menunjukkan bahwa daerah ini punya daya tarik besar bagi investasi,” jelas Edyansyah.
Ia juga menegaskan bahwa PLN tidak hanya fokus pada penyediaan listrik untuk industri besar seperti nikel dan smelter, tetapi juga berkomitmen mendukung pelaku UMKM dan dunia usaha lokal.
“Semakin besar konsumsi listrik berarti semakin tinggi pula tingkat kemakmuran masyarakat. PLN siap bekerja sama dengan HIPMI dan pemerintah daerah agar pengusaha lokal dapat berkembang bersama, mulai dari UMKM hingga industri besar. Dengan demikian, Sulawesi Tenggara bisa menjadi barometer pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Edyansyah.
Ia mengakui bahwa meski PLN menghadapi tantangan dalam biaya produksi, pemerintah pusat terus memberikan dukungan agar harga listrik tetap terjangkau masyarakat.
“Kami yakin, dengan dukungan pemerintah daerah dan dunia usaha, pertumbuhan ekonomi Sultra akan semakin kuat dan berdaya saing,” ujar Edyansyah.
Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi antara pemerintah daerah, PLN, dan HIPMI. Dengan semakin terbukanya peluang energi baru terbarukan, Sulawesi Tenggara diharapkan dapat menjadi pusat investasi energi dan industri di kawasan timur Indonesia.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post