“Selain Indonesia, SGIER diluncurkan di kota pusatnya Dinar Standard, Dubai 16 November 2020, Kuala Lumpur 18 November 2020, Marocco 19 November 2020, London 20 November 2020, dan Madrid 23 November 2020,” ucapnya.
“IHLC menjadi partner untuk peluncuran dan menerjemahkan ringkasan eksekutif (executive summary) ke dalam bahasa Indonesia,” sambung Sapta Nirwandar.
Dalam perkembangan industri halal, Indonesia mengalami peningkatan signifikan dibandingkan negara lainnya. Bahkan masa pandemi Covid-19 menjadi momentum kebangkitan ekonomi halal. Wakil Presiden Republik Indonesia, KH. Ma’ruf Amin menyatakan Indonesia menjadi produsen halal terbesar di dunia pada 2024.
Sapta Nirwandar menyebut, di tengah pandemi tentu ada sektor yang mendapatkan tantangan lebih berat, seperti sektor pariwisata. Tapi ada juga yang terdampak relatif ringan seperti sektor makanan dan minuman, bahkan cenderung stabil. Sementara sektor teknologi dan farmasi mengalami pertumbuhan pesat.
“Indonesia mempunyai peluang besar untuk mengakselerasi produk dan jasa halal. Tidak saja untuk kebutuhan dalam negeri, tetapi juga mempunyai peluang untuk go-ekspor,” tutur mantan Wakil Menteri Pariwisata Republik Indonesia ini.
Lebih jauh ia menjelaskan, SGIER 2020/2021 mencatat, pada 2019 tingkat pertumbuhan belanja muslim mencapai 3,2 persen (year on year) dengan nilai sekitar 2,02 miliar dolar AS. Sementara aset keuangan syariah dunia juga mengalami pertumbuhan tinggi, asetnya kini mencapai 2,88 triliun dolar AS. Di tengah pandemi Covid-19 akan mengalami penurunan belanja muslim global sebesar 8 persen. Namun, pengeluaran ekonomi halal akan kembali tumbuh di akhir 2021, kecuali sektor pariwisata.
“Pandemi Covid-19 telah mencatat banyak perkembangan penting dalam ekonomi islami, antara lain terjadinya percepatan transformasi digital, disrupsi rantai pasok global, dan naiknya fokus pemerintah pada investasi yang berkaitan dengan keamanan pangan,” ulasnya.
Discussion about this post