“Kami mendorong lebih banyak perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi hijau dan turut serta dalam upaya pelestarian lingkungan,” tambahnya.
Agus juga menyoroti pentingnya partisipasi aktif dari masyarakat, terutama komunitas adat, yang memiliki pengetahuan lokal tentang pengelolaan hutan.
“Keterlibatan masyarakat menjadi landasan bagi keberlanjutan program konservasi. Inisiatif-inisiatif lokal yang berbasis komunitas perlu didukung dan diperluas,” tegasnya.
Agus menekankan peran strategis media dalam menyebarkan informasi yang benar dan meningkatkan kesadaran publik mengenai dampak negatif deforestasi.
“Media memiliki tanggung jawab besar dalam mengedukasi masyarakat dan mempromosikan praktik berkelanjutan,” tekannya.
Dengan kerangka Pentahelix, Muhammadiyah Climate Center berharap dapat mendorong sinergi yang lebih kuat antar pemangku kepentingan dalam menjaga hutan tropis Indonesia, serta memberikan kontribusi nyata dalam upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.
Fasilitator Nasional IRI Indonesia, Dr Hayu Prabowo menjelaskan, webinar ini bertujuan untuk membahas pentingnya kerangka pentahelix dalam upaya penanganan penggundulan hutan tropis dan perubahan iklim, dengan pendekatan berbasis agama.
Discussion about this post