PENASULTRA.ID, JAKARTA – Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Boyke Pribadi menguraikan beberapa hal yang menjadi faktor menurunnya trend kepercayaan publik terhadap Jokowi. Salah satunya disebabkan karena komunikasi yang tidak terarah.
Kesimpangsiuran informasi dan adanya ketidakkonsistenan informasi dari atas sampai bawah ditambah dengan kepanikan masyarakat di era pandemi yang cenderung menyimpulkan informasi dengan cepat sesuai selera pribadi.
Hal itu diperparah dengan pesatnya teknologi informasi yang mempercepat tersebarnya informasi.
Kabar hoaks atau informasi bohong menyebar begitu deras. Padahal ini terkait kepercayaan kepada kepemimpinan full trust society adalah kondisinya sangat sempurna bagi kepemimpinan, dan kondisi rawan ada pada tingkat low trust atau bahkan zero trust society.
”Kemenkominfo harus berperan optimal dalam menjembatani komunikasi antara atas dan bawah hanya saja kominfo disibukkan dengan mengatasi persoalan hoaks,” sorot Boyke dalam keterangan persnya yang diterima redaksi Penasultra.id, Rabu 4 Agustus 2021.
Mestinya, kata dia, Menkominfo, Johnny G. Plate harus meniru gaya kepemimpinan Harmoko dalam menjembatani komunikasi antara Presiden dengan masyarakat.
”Pada masa Harmoko sangat dikenal komunikasi efektif, dengan memanfaatkan media. Dalam kondisi sulit seperti ini, agar seluruh informasi tidak bias, kementerian dapat berdiri di tengah. Agar komunikasi dapat efektif, dapat mengoptimalkan komunikasi milik pemerintah seperti TVRI dan RRI,” urainya.
Boyke Pribadi yang juga Ketua ICMI Korwil Banten, meminta Kemenkominfo untuk membangkitkan modal sosial bangsa menuju full trust society, dengan mengurangi blunder-blunder berkomunikasi yang terjadi dan mampu memanfaatkan media-media milik pemerintah agar menjadi media yang sangat terpercaya.
”Berikan masyarakat bukti bukan hanya janji. Janji-janji manis sangat tidak diperlukan pada masyarakat dengan kondisi low trust atau bahkan zero trust dengan demikian kita bisa keluar dari kondisi pandemi dengan baik,” timpal Boyke Pribadi.
Menanggapi kondisi saat ini, praktisi media sekaligus pengamat sosial Dhimam Abror Djurait juga angkat bicara. Dikatakannya, dalam perspektif survei dan polling, tingkat kepercayaan terhadap seorang pemimpin yang naik turun adalah fenomena biasa.
”Para pemimpin dunia pun mengalami fenomena yang sama, ketika dia membuat kebijakan populer dan membuat senang masyarakat pasti popularitas dan kepercayaan publik naik. Sebaliknya kalau dia membuat kebijakan yang tidak populer maka kepercayaan publik akan turun,” jelas mantan Pemimpin Redaksi Jawa Pos ini.
Discussion about this post