Asma’ ikut aktif mendengar hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sering bertanya tentang persoalan-persoalan yang menjadikan dia paham urusan agama. Oleh karena itu, ia menjadi ahli hadis yang mulia, sehingga mendapat julukan “juru bicara wanita”.
Karena itu, dari kisah di atas menggambarkan Islam tak pernah membedakan antara kedudukan wanita dan pria dalam memperoleh apa-apa yang seharusnya didapatkan seperti dalam memperoleh pendidikan dan lain sebagainya, selama hal itu tidak menyalahi kodratnya. Oleh sebab itu, salah besar anggapan para feminis yang menyatakan bahwa Islam mendiskriminasikan wanita.
Dengan demikian, sungguh perjuangan Kartini bukan perjuangan yang menginginkan persamaan hak-hak antara wanita dan pria dalam seluruh aspek, sebagaimana yang diperjuangkan oleh aktivis feminis, sebab secara fitrah keduanya berbeda.
Karena sesungguhnya syariat telah memberi hak dan kewajiban keduanya sesuai dengan porsi mereka masing-masing. Sehingga dengan adanya hal itu akan terjadi keseimbangan bagaimana hak dan kewajiban yang sesungguhnya antara pria dan wanita. Wallahu a’lam bi ash-shawab.(***)
Penulis: Freelance Writer
Jangan lewatkan video populer:
https://www.youtube.com/watch?v=XPTfDD4NCEg
Discussion about this post