Sampai saat ini Kasoami masih menjadi makanan pokok dan biasa disajikan begitu saja.
Ada beberapa varian Kasoami, bila dicetak dalam wadah seperti tumpeng disebut soami tugu. Bila adonan singkong dicampur kelapa maka disebut soami kaluku, sedangkan soami yang lebih lembut disebut Soami Pepe.
Soami Pepe dijual dalam bentuk seperti bolu gulung dan proses pembuatannya agak berbeda dengan Soami pada umumnya.
Sebelum dikukus, tepung parutan singkong dicampur dengan minyak kelapa dan sedikit garam. Setelah selesai, adonan dipipihkan dengan cara di pukul-pukul.
Proses pemipihan adonan ini disebut dengan istilah dalam Bahasa Wakatobi Pepe, atas dasar inilah mengapa namanya disebut Kasoami Pepe.
Selanjutnya jajanan sarapan pagi ini digulung. Namun saat digulung, harus menyiapkan bawang yang sudah digoreng. Bawang goreng secukupnya diletakkan di tengah wadah gulungan, selanjutnya digulung bersamaan Kasuami Pepe.
“Bawang goreng tadi selain menambah cita rasa dan aroma yang berbeda, juga menjadi hiasan di atas Kasuami Pepe. Dibungkus dengan plastik bening,” kata pembuat Soami Pepe di Kecamatan Wangi-Wangi, Wa Rati.

Pemasaran Kasoami
Kasoami sangat mudah didapatkan di seluruh pulau di Wakatobi, entah itu di Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, bahkan Binongko. Karena makanan ini menjadi makanan favorit masyarakat di sana.
Di Wangi-Wangi Kasoami cukup mudah ditemukan karena selain di pasar tradisional, pasar malam dan pelabuhan, di halaman warga juga banyak ditemukan ibu-ibu menjual Soami.
“Saya menjualnya diharga Rp5 ribu sampai Rp10 ribu,” beber Wa Rati.
Masyarakat Wakatobi kerap menyebut Kasoami sebagai pasangan dari setiap makanan hasil olahan ikan dengan alasan bahwa dua makanan tersebut adalah pasangan yang sangat serasi jika dinikmati secara bersamaan.
“Biasa di makan dengan ikan Parende, ikan panggang, sayur bening dan lainnya,” tutur Wa Rati.(Adv/*)
Penulis: Yeni Marinda
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post