“Ada satu lagi ceritanya seorang anak SD harus berjalan lebih dari 10 km ke sekolahnya yang jurang-jurang, sehingga pukul 3 dini hari dia sudah harus pergi ke sekolah. Rasa kemanusiaan kita tergugah. Nah baru kita memilih, ini baru pemenang,” kata Asro menjadi juri kategori ini bersama praktisi media Syamsuddin Ch. Haesy dan akademisi Sri Mustika.
Tak dipungkiri, menurut Asro, Farid sudah mengabadikan sejarah lewat karyanya.
“Betul saya setuju, mengabadikan sejarah hari ini, besok, 10 tahun, 20 tahun akan datang akan mengingat bangsa ini pernah punya tragedi besar 135 nyawa,” ujarnya.
Di situ terselip pula harapan tragedi ini diusut tuntas. Sejatinya memang kekuatan wartawan adalah tulisan dan membuatnya menjadi sejarah.
“Jadi selamat Farid, kita memang begitu tidak mudah memilih satu dari sekian banyak karya yang masuk, terima kasih ini luar biasa,” ucapnya, mengakhiri.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post