Ketujuh, Ganjar Pranowo tidak mampu menggunakan sentimen SARA, eksploitasi ikatan-ikatan primordial, politik identitas dalam Pileg maupun Pilkada yang diikutinya. Sementara Prabowo Subianto dalam dua kali Pilpres menggunakannya secara terbuka. Begitu juga dengan Anies Baswedan yang berhasil memenangi Pilkada DKI Jakarta dengan politik identitas dan sentimen SARA, dan eksploitasi ikatan-ikatan primordial.
Kedelapan, Ganjar Pranowo tidak membiayai pergerakan rekan juang politik, relawan, simpatisan yang mendukungnya sebagai Capres. Relawan Ganjar Pranowo bergerak secara mandiri dan sukarela sebelum Ganjar Pranowo diumumkan sebagai Capres oleh PDIP. Sementara relawan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan terbentuk subur setelah keduanya diumumkan sebagai Capres.
Semua kekurangan yang ada pada diri Ganjar Pranowo tersebut sebagai bukti bahwa beliau sebagai Capres “orang biasa” dan memiliki banyak kesamaan, bahkan “kembar identik” dengan Presiden Joko Widodo yang juga merupakan “orang biasa”.
Ganjar Pranowo mewakili mayoritas rakyat Indonesia sebagai “orang biasa”. Maka kekurangan tersebut justru akan menjadi kekuatan jika Ganjar Pranowo setia, dan berpihak kepada rakyat.(***)
Penulis adalah Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas) dan Presidium Koalisi Bersama Rakyat (Koalisi Besar)
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post