“Kami berupaya untuk menjamin ketersediaan air sepanjang tahun dengan menambah bendungan air sebagai pemasok saat musim kemarau panjang sekaligus sebagai penampung saat hujan ekstrem. Hal ini penting karena ketersediaan air merupakan prasyarat menciptakan kesejahteraan masyarakat,” ujar Staf Ahli Menteri PUPR Endra.
Ia menambahkan, selain proyek pembangunan 61 bendungan baru, PUPR juga memperbaiki bendungan alami yang telah ada namun kondisinya tak kayak akibat sedimentasi dan okupansi. Pembangunan bendungan baru dan revitalisasi bendungan alami juga dilakukan untuk menjamin ketahanan pangan khususnya di kawasan yang rawan kekeringan.
Kepala BMKG Dwikorita mengatakan, perpaduan teknologi dan kearifan lokal (local wisdom) menjadi jurus ampuh mengatasi kesenjangan kapasitas dan ketangguhan sebuah negara dalam mengatasi krisis air akibat perubahan iklim.
Menurutnya World Water Forum ke-10 akan menjadi momentum kolaborasi dalam upaya menutup kesenjangan antar bangsa, untuk mengantisipasi lebih dini dampak krisis iklim dan krisis air, baik secara global, regional maupun lokal.
“Untuk mengatasi krisis air yang akan terjadi butuh keterlibatan berbagai pihak termasuk pemerintah, akademisi dan ilmuwan, pihak swasta, masyarakat dan media,” tambahnya.
Sementara itu, Director of Asia Pacific and 10th World Water Forum Yoonjin Kim menutup dengan menyerukan seluruh pihak yang terlibat dalam 10th World Water Forum untuk mengatasi krisis air dan menjamin ketersediaan air di masa yang akan datang.
Discussion about this post