<strong>Oleh: Dar Edi Yoga</strong> Letjen David Barno dan Nora Bensahel dalam buku berjudul Adaptation Under Fire: How Militaries Change in Wartime (2020), menyatakan bahwa, “Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan oleh pemimpin militer adalah ia selalu mengasumsikan bahwa perang masa depan mirip dengan perang di masa lalu. Kebanyakan asumsi ini terjadi begitu saja tanpa disadari, padahal sejarah juga mengajarkan bahwa tidak ada dua konflik (perang) masa lalu yang bentuknya identik.” Kita juga harus melihat kronologi sejarah militer dunia, bahwa sebuah angkatan bersenjata yang kuat adalah hasil harmonisasi tiga faktor utama, yaitu teknologi, sumber daya manusia, dan doktrin. Dalam rangka menjawab ancaman perang masa depan, maka tiga faktor ini harus selalu diharmonisasi secara adaptif melalui berbagai terobosan pemikiran dan pembangunan. Kita sangat yakin bahwa Jenderal Andika adalah pemimpin militer yang telah memahami berbagai perang masa lalu, namun tentunya tidak mau bernostalgia bahwa ancaman TNI di masa depan akan sama dengan ancaman TNI di masa lalu. Hal ini bisa kita lihat dari sepak terjang TNI di tahun 2022, dimana ada berbagai perubahan menonjol yang diinisiasi Jenderal Andika, yaitu intensitas dan kualitas latihan internasional yang melonjak signifikan. Sebagai sosok prajurit yang dibesarkan dengan berbagai penugasan dan pendidikan luar negeri, maka Jenderal Andika paham betul banyak hal yang bermanfaat dari kerjasama dan latihan internasional. Masih terasa gegap-gempita manuver latihan gabungan Super Garuda Shield yang terjadi di pertengahan tahun ini, diikuti 13 negara dan menjadikan Indonesia sebagai tuan rumahnya. Tidak main-main, TNI bisa mengajak AS, Australia, Malaysia Jepang, Singapura, Prancis, Inggris, Papua Nugini, Timor Leste, India, Kanada, Selandia Baru, dan Korea Selatan. Ada banyak latihan militer internasional baru lain yang diinisiasi Jenderal Andika dengan Australia, Perancis, Singapura, Thailand, Malaysia dan lain-lain. Lebih dari itu, pada era Jenderal Andika, latihan-latihan internasional TNI, baik matra darat, laut dan udara, dilaksanakan dalam skenario dan manuver lapangan yang besar, yang memungkinkan lebih banyak prajurit yang membangun kemampuannya, mulai dari level operasional hingga para perencana operasi pertempuran. Jenderal Andika sepertinya menyadari bahwa latihan internasional bisa menjadi alat uji kemampuan, transfer ilmu dan teknologi militer, serta sarana evaluasi bahwa arah pembangunan TNI sudah sesuai dengan perkembangan ancaman masa depan, baik yang akan terjadi di lingkungan nasional, di kawasan regional dan internasional. Latihan internasional juga mempererat hubungan emosional antar prajurit, antar Angkatan Bersenjata dan juga nantinya antar negara. Dengan berbagai langkah maju ini, kita patut mengapresiasi langkah Jenderal Andika yang dengan tangan dinginnya berhasil membuka berbagai latihan dan kerjasama internasional baru untuk membangun TNI yang bukan jago kandang, namun berkelas dunia. Apa yang dilakukan oleh Jenderal Andika ini bisa menjadi inspirasi para petinggi dan perwira muda untuk membawa TNI menjadi entitas profesional yang membanggakan rakyat dan disegani di panggung internasional. Jenderal Andika adalah contoh, menjadi pemimpin di negeri ini tidak boleh hanya bermain-main di zona nyaman. Jenderal Andika seakan ingin berpesan agar semua prajurit TNI tidak malas belajar dan tidak lagi bergumul dengan ilmu taktik dan strategi usang, namun harus terus mengasah kemampuan dan menemukan taktik dan strategi baru, agar nantinya mampu menghadapi tantangan dan ancaman di masa depan, demi Indonesia tercinta.<strong>(***)</strong> <strong>Penulis: Praktisi Media</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://www.youtube.com/watch?v=ldv6luPeLVI
Discussion about this post