Pakar Ilmu Gizi, Prof. Tria Astika Endah Permatasari mengungkapkan bahwa kurban olahan dari IZI ini patut diapresiasi karena tidak hanya sekedar memanfaatkan daging olahan citarasa nusantara, namun juga banyaknya nilai kandungan didalamnya.
Ketika daging merah kemudian diolah menjadi rendang, gulai dan sop maka akan meningkatkan nilai gizi dibanding abon karena adanya rempah dan berbagai bahan baku lain sehingga kebutuhan gizi untuk permasalahan di semua usia dapat diatasi dengan baik.
“Dengan adanya rempah-rempah yang mengandung antioksidan, yang dibutuhkan untuk orang dewasa dapat menangkal radikal bebas juga meningkatkan hormon pertumbuhan pada anak. Selain sisi kandungan yang banyak, citarasa yang sesuai dengan lidah orang Indonesia tentu juga akan mengurangi sampah makanan di Indonesia,” tutur Prof Tria.
Sementara itu, Ketua MUI Bidang Fatwa, Prof. Asrorun Ni’am Sholeh mengungkapkan bahwa membagikan daging kurban dalam bentuk olahan yang dilakukan IZI merupakan inovasi yang perlu diapresiasi.
Pasalnya, upaya merealisasikan tujuan dari distribusi daging kurban dalam kondisi segar atau mentah akan sulit dilakukan bagi daerah-daerah terpencil.
“Maka inovasinya adalah pengelolaan hewan kurban dengan diolah dan diawetkan agar bisa secara langsung dirasakan manfaatnya untuk penerima, karena tujuan ini untuk kemaslahatan. Dan ini dibolehkan,” ungkap Prof. Ni’am.
Discussion about this post