<strong>Oleh: Pendais Haq</strong> Maulid Nabi Muhammad SAW, diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Hijriyah. Tahun ini, jatuh pada 29 Oktober 2020 Masehi. Sejarah Maulid Nabi merupakan tradisi yg berkembang pada masyarakat islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Maharani (28/10/20) menguraikan perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said Al-Qakburi seorang gubernur Irak saat itu. Pendapat lain menyatakan bahwa Maulid Nabi dari Sultan Salahuddin Al-Ayubi, pemimpin Irak (1138-1193 M). Beliau memiliki tujuan untuk meningkatkan semangat juang kaum muslimin yang saat itu sedang terlibat perang salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam perebutan Kota Yerusalem. Pendapat lain Maulid Nabi dimulai pada masa dinasti Daulah Fatimiyah di Mesir pada akhir abad ke 4 Hijriyah. Di Indonesia sendiri, Maulid Nabi telah dilakukan sejak islam masuk karena Maulid Nabi merupakan salah satu sarana penyebaran islam di Indonesia pada masa itu. Dengan demikian, subtansi Maulid Nabi sesungguhnya membangkitkan rasa cinta pada nabi, membangun soliditas, serta <em>ghirah</em> dan tradisi keislaman ditengah berbagai hegemoni dalam kehidupan masyarakat. Peringatan Maulid Nabi kali ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Kondisi pandemi Covid-19 tak kunjung redah. Seluruh wilayah bahkan negara di dunia masih berjibaku dengan upaya melawan pandemi ini, termasuk menciptakan berbagai instrumen salah satunya penerapan protokol Covid di era new normal agar ekonomi tetap bergerak ditengah-tengah masyarakat. Tradisi Maulid Nabi biasanya dilakukan dengan cara pawai dan kumpul-kumpul bahkan konvoi yang memicu adanya kerumunan nampaknya harus dihentikan. <em>Robikin Emhan</em> (Kompas, 29/10/20) mengatakan subtansi Maulid Nabi terletak pada bagaimana menghadirkan sifat Nabi dalam diri kita melalui shalawat dan menghadirkan keselamatan diri dan keluarga di rumah masing-masing. Maulid Nabi ditengah pandemi harus dimaknai lebih hikmah dan substantif lagi bukan ritual yang menyebabkan kerumunan. Karena itu, sebagai refleksi perayaan Maulid Nabi kali ini paling tidak, pertama, meneladani sifat dan akhlak Rasulullah Muhammad SAW dalam segala aspek baik dalam berhubungan kepada Allah SWT, sesama manusia, maupun dengan alam semesta. Kedua, menghadirkan kekuatan dan syafaat Nabi dalam diri masing-masing melalui shalawat, tentunya tidak perlu dilakukan secara massal yang memicu adanya kerumunan. Ketiga, menjalankan segala pesan Nabi khususnya menjaga dan menyelamatkan diri dan keluarga dari berbagai ancaman dan kemudhoratan. Pandemi Covid adalah salah satu ancaman yang harus dihindari. Karenanya menjalankan <em>protocol</em> Covid secara disiplin termasuk bagian dari menyelamatkan diri dan keluarga yang syarat dengan pesan Nabi kita tentunya. Pelaksanaan maulid cukup dilakukan dengan cara selalu mengupayakan diri berakhlak yg baik serta menyenandungkan shalawat di rumah masing-masing dengan berharapan kita mendapatkan syafaat Nabi baik di dunia maupun diakhirat kelak. Wallahu a’lam.<strong>(***)</strong> <strong>Penulis merupakan Dosen UHO dan Ketua PW GP Ansor Sultra</strong>
Discussion about this post