Irfan menyebut, tahun 2023 tidak ada serangan teroris di Indonesia atau zero terrorism attack. Kendati demikian, BNPT tidak melakukan inovasi penanggulangan terorisme dengan mencanangkan tujuh program prioritas.
Ketujuh program tersebut di antaranya yaitu pemberdayaan perempuan, anak dan remaja, pembentukan Desa Siap Siaga-Desa Damai, pembentukan Sekolah Damai, pembentukan Kampus Kebangsaan, pemenuhan hak dan pemberdayaan penyintas serta keluarga.
Kemudian terkait reintegrasi dan reedukasi mitra deradikalisasi serta keluarga. Terakhir mengenai asesmen pegawai dengan tugas resiko tinggi.
“Program-program ini dapat membangun public awareness dan public engagement, dan multistakeholder collaboration,” terang Irfan.
Dalam FGD itu juga menghadirkan dua narasumber yaitu pengamat terorisme Irjen (Purn) Hamli dan Wakil Ketua Dewan Pers M Agung Dharmajaya.
Dalam kesempatan itu, Hamli memaparkan peta jaringan terorisme dari hulu sampai ke hilir. Menurutnya, aksi terorisme di Indonesia yang marak sejak tahun 2000-an, diawali dengan masuknya ideologi transnasional di tahun 1980-an.
“Al Qaeda masuk melalui kombatan orang-orang indonesia yang dulu ikut berperang di Afghanistan seperti Ali Imron, Amrozi, Umar Patek, dan Abubakar Baasyir. Mereka inilah yang menjadi cikal bakal Jemaah Islamiyah (JI) di Indonesia,” katanya.
Selain Al Qaeda, kemudian juga masuk Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Salafi, dan kemudian terakhir adalah Islamic State of Iraq dan Syria (ISIS).
Discussion about this post