<strong>Oleh: Rayani Umma Aqila</strong> Peningkatan harga sembako yang terjadi setiap akhir tahun tampaknya sudah menjadi hal yang biasa, ironisnya kasus seperti ini terus berulang. Tiap jelang Ramadan, lebaran ataupun natal dan tahun baru (nataru), harga-harga sembako pasti tak bisa dikendalikan. Harga minyak goreng, cabai hingga telur terus mengalami peningkatan menjelang akhir tahun. Ketiga komoditas bahan pokok akan terus merangkak naik hingga Januari 2022. Harga cabai ditingkat konsumen telah tembus Rp100 ribu per kilogram. Harga minyak goreng curah sudah lebih dari Rp18 ribu per kilogram dan harga telur yang mencapai Rp 30 ribu per kilogram. Masyarakat diminta untuk tidak terlalu khawatir karena harga-harga pangan tersebut akan kembali turun pada kuartal I-2022, <a href="http://liputan6.com">liputan6.com</a> (21/12/2021). Setiap kenaikan harga di tengah kondisi ekonomi sulit akan berdampak menurunnya kesejahteraan, apalagi saat kondisi kesehatan di masa pandemi maka akan memperburuk keadaan masyarakat. Pihak pemerintah menjelaskan naiknya harga adalah hal yang wajar. Sebab momen itu pasti meningkatkan jumlah permintaan akan barang. Tak hanya itu, faktor lain yang diungkapkan yaitu kelangkaan barang di pasaran, baik karena sedikitnya tingkat produksi akibat cuaca ekstrem, maupun adanya problem rantai pasok akibat penimbunan. Mengapa pemerintah tidak mampu mengantisipasi padahal kondisi ini berulang? Padahal kesungguhan menyejahterakan rakyat dan menghilangkan kesulitan mereka sangat diharapkan, namun solusi yang ditawarkan hanya bersifat solusi pragmatis apologetis. <blockquote class="twitter-tweet"> <p dir="ltr" lang="in">Satpol PP Muna Dapat Hibah Kendaraan Operasional Dari Kemendagri <a href="https://t.co/2tXnhVPRP1">https://t.co/2tXnhVPRP1</a></p> — Penasultra.id (@penasultra_id) <a href="https://twitter.com/penasultra_id/status/1478365991834947591?ref_src=twsrc%5Etfw">January 4, 2022</a></blockquote> <script async src="https://platform.twitter.com/widgets.js" charset="utf-8"></script> Pada akhirnya meski kasus selalu berulang, Pemerintah tampak selalu gagap dalam menyikapi persoalan peningkatan harga. Adapun operasi pasar yang ditujukan menekan harga, dinilai hanya berlaku sesaat. Berbagai strategi untuk menjamin ketersediaan stok bahan pokok nasional dan stabilisasi harga seharusnya dicanangkan pemerintah. Misalnya merencanakan produksi sesuai kebutuhan nasional, membangun sentra-sentra produksi, memperbaiki distribusi, termasuk mengoptimasi dan membentuk berbagai kelembagaan dan badan usaha negara seperti Bulog, Badan Ketahanan Pangan, Badan Pangan Nasional dan dibentuknya Satgas Pangan untuk menghadapi mafia perdagangan. Namun hal ini tak bisa dipungkiri pandangan dan penerapan sistem sekuler kapitalistik yang mendasari penyelenggaraan pemerintahan membuat fungsi kepemimpinan bergeser dari fungsi yang seharusnya. Tak heran jika berbagai kebijakan yang dikeluarkan, yang menyangkut hajat hidup orang banyak tak jua tercapai. Berbeda halnya dengan paradigma Islam. Pemerintah atau negara sejatinya adalah pelayan sekaligus pelindung umat, bukan pebisnis atau pedagang. Mereka wajib memastikan bahwa kebutuhan umat dan keamanan mereka terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana wajib pula bagi mereka memastikan kedaulatan dan kemandirian negara tetap terjaga. Tak ada kepentingan yang menempel dalam kekuasaan Islam selain harapan beroleh keridhaan Allah SWT. Karena dalam Islam, kepemimpinan adalah alat penegak hukum-hukum Allah, yang amanahnya akan dipertanggung jawabkan di akhirat. Melalui pelaksanaan hukum-hukum Allah inilah, kesejahteraan dan keadilan di tengah umat akan bisa diwujudkan. Karena hukum-hukum Allah ini memberi solusi komprehensif atas seluruh problem manusia, termasuk urusan jaminan pangan dan jaminan berusaha bagi rakyatnya. Untuk itu kita tidak bisa berharap kondisi akan berubah menjadi baik manakala hukum Allah belum tegak sempurna. Bahkan menjauhkan masyarakat dari cita-cita hidup sejahtera. Inilah jalan perubahan yang dicontohkan Rasulullah SAW. sehingga beliau berhasil membangun masyarakat Islam yang ideal, yang dilanjutkan dari generasi demi generasi hingga belasan abad. Sepanjang sejarah peradaban Islam itulah, kita mendapati contoh terbaik sistem pemerintahan yang dibutuhkan manusia. Di mana pengurusan urusan umat berjalan demikian sempurna sehingga umat bisa merasakan hidup sejahtera dan penuh berkah di bawah naungannya. Wallahu A'lam Bisshowab. <strong>Penulis: Muslimah Pegiat Literasi</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/XK3ghf__Mfo
Discussion about this post