Sementara itu, program “Jamaah” (Jalan Mulus Antar Wilayah) juga telah dimulai dengan perbaikan konektivitas antar kabupaten yang selama ini menjadi keluhan masyarakat dan pelaku ekonomi lokal.

Tata Kelola Pemerintahan Bersih-Berintegritas
Dalam aspek tata kelola pemerintahan, sejak hari pertama, ASR-Hugua membuktikan bahwa mereka serius menjaga marwah kepemimpinan yang bersih. Salah satu pencapaian penting yang layak digarisbawahi adalah perubahan budaya birokrasi.
ASR-Hugua menandatangani pakta integritas dengan seluruh Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan menyusun perjanjian kinerja sebagai instrumen pengawasan. Ini adalah langkah strategis yang jarang dilakukan secara serius oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya.
Pendekatan ini menandakan bahwa Sulawesi Tenggara tidak lagi hanya dibangun dari atas ke bawah, tetapi dengan prinsip kolaboratif dan akuntabilitas. Pemerintahan yang mereka bangun tidak ingin sekadar responsif, tetapi juga antisipatif terhadap tantangan jangka menengah dan panjang.
Yang lebih penting lagi adalah mereka menyadari bahwa pemerintahan yang bersih adalah salah satu kunci utama untuk menjaga wibawa pemerintahan dan kepercayaan publik.
Meski baru seumur jagung, gebrakan program dalam 100 hari pemerintahan ASR-Hugua telah menunjukkan komitmen, kerja cepat, dan tentunya arah kemajuan yang nyata.
ASR-Hugua bukan hanya membawa semangat perubahan, mereka membuktikan bahwa perubahan itu bisa dimulai sekarang, dengan perencanaan matang, keberanian mengambil keputusan, dan kemauan mendengar rakyat. Mereka menjaga harapan publik, dengan kehadiran nyata pemerintahan dalam bentuk program yang populis.
100 hari hanyalah langkah awal. Dalam politik pasca-pemilu, kita mengenal istilah bulan madu politik (political honeymoon). Istilah ini mengacu pada periode di mana publik, terutama pemilihnya, cenderung memberikan toleransi, ekspektasi positif, dan dukungan tinggi terhadap kepemimpinannya, bahkan jika belum ada hasil yang konkret yang tampak.
Namun, masa bulan madu tentu ada batasnya. Sejarah menunjukkan bahwa rata-rata masa bulan madu pemimpin hanya berlangsung 6-12 bulan pertama sebuah pemerintahan. Setelah itu, kepercayaan dan harapan harus dibayar tunai dengan hasil. Bila tidak, dukungan akan cepat memudar.
Belajar dari pengalaman semua pemerintahan, pasca 100 hari, tantangan akan berbeda. Persoalan-persoalan klasik pemerintahan akan bermunculan. Masalah budaya birokrasi, sinergitas antar sektor, antar lintas pemerintahan (provinsi dan kabupaten/kota) bisa menjadi kendala dan membuat program terhambat.
Bahkan tantangan fiskal dan keterbatasan anggaran di tengah komitmen efisiensi anggaran pemerintah pusat, juga akan menguji sejauh mana janji kampanye bisa direalisasikan secara berkelanjutan.
Tentunya semua persoalan yang menjadi pekerjaan rumah pemerintahan sebelumnya, tak akan terjawab dalam 100 hari pertama. Setidaknya publik bisa melihat secercah harapan bahwa pemerintahan bisa hadir dan bekerja tanpa harus menunggu lima tahun untuk menunjukkan hasilnya.
Sulawesi Tenggara sedang bergerak. Dan dalam pergerakan ini, ASR dan Hugua memulai dengan langkah yang pasti. 100 hari yang bukan hanya kerja, tapi juga fondasi untuk lima tahun pemerintahan mereka.(***)
Penulis adalah Direktur LSI Denny JA
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post