PENASULTRA.ID, BOMBANA – Kendari terkenal akan sinonggi yang bikin goyang lidah. Buton terkenal akan makanan khas kasuami berbahan dasar ubi kayu. Kabuto cukup tersohor di daratan Muna. Lantas, kuliner macam apa yang dapat anda temukan di daerahmu?.
Tenang saja, Bombana juga punya kok ragam kuliner yang cukup menggugah selera. Ada dompo pisang kemasan kuliner unik yang menjamur di daratan Poleang. Lalu kuliner sinole di daratan Kasipute yang menggaet sagu olahan sebagai bahan dasarnya dengan cara di pepes dan diaduk jadi bulan-bulanan di dalam wajan. Tak kalah menarik yaitu si manis yang langka di negeri seribu jin alias gula kelapa Kabaena serta inonta berbahan dasar punti (pisang).
Dari ragam kuliner tersebut, terdapat salah satu di antaranya yang baru saja unggul di ajang festival kuliner yang digelar di Desa Ranokomea, Kecamatan Poleang Barat, Bombana akhir pekan lalu. Kuliner itu bernama inonta yang dikenal cukup melegenda di daratan Kabaena. Jenis makanan ini dikemas memakai jantung pisang sebagai bahan utama.
Inonta mungkin saja tidak begitu familiar di luar pulau itu, tapi masyarakat Kabaena masih cukup doyan terhadap jenis racikan kuliner yang satu ini. Sebab, jenis varian berbentuk abon ini telah lama menjadi santapan klasik orang tua zaman tempoe doeloe.
Jika ditengok dari besutannya, memang orang akan bilang cukup aneh karena sumber kata yang diadopsi dari bahasa Moronene Tokotua. Tapi jangan salah, inonta akan menyita waktu anda saat menikmati hidangan di meja, apalagi bila digabung nasi atau kasuami.
Hal yang tak kalah anehnya, seseorang menanyakan tentang apa yang istimewa dari jenis racikan ini dan bagaimana bisa menyabet juara di ajang festival Ranokomea. Begini ceritanya.
Mulanya, di tepi Danau Laponu-Ponu, Desa Ranokomea, Kecamatan Poleang Barat, Kabupaten Bombana, telah digelar festival kuliner yang diberi tajuk “Pangan serba Pisang” yang mengisyaratkan kepada seluruh stand kuliner wajib menyajikan olahan makanan yang disulap dari pohon pisang.
Sore itu, 15 Desember 2023 sekira pukul 14:30 Wita, tampak puluhan ibu-ibu tengah sibuk menata pelbagai macam ornamen makanan yang bakal dihidangkan diatas gazebo. Sebanyak 16 unit bale bengong telah terisi dan menjadi peserta pada event perdana tersebut.
Para tetamu yang masih berada di radius 100 meter pun disuguhkan dengan pemandangan eksotik Danau Laponuponu. Saking indahnya, danau ini bisa saja membuat ingar bingar para penikmat wisata saat pijakan pertamanya.
Semakin dekat, semakin jelas pula penampakan kuliner yang tersaji di gazebo yang seolah hidup dikerumunan emak-emak. Betapa tidak, gazebo hanya akan ramai saat ada waktu liburan atau event tahunan.
Kalangan ibu-ibu lintas kecamatan itu cukup antusias dalam mengikuti lomba dengan memamerkan ragam olahan berbahan dasar pisang yang tertata rapi di lantai gazebo. Tak menunggu waktu lama, rombongan dewan juri nampak menenteng map merapat dan menjelajahi seluruh stand kuliner yang tersaji.
Penilaian pun dilakukan secara berurutan dengan mencecar ragam pertanyaan ke setiap pelaku kuliner. Tim penilai tentunya melihat sejauh mana kreativitas ibu-ibu meramu makanan yang berbahan dasar pisang, tingkat kebersihan, nilai estetik hingga wahana yang digunakan untuk sajian.
Hasil pengamatan Penasultra.id, penilaian dilakukan dengan sistem random alias acak dari urutan ganjil hingga genap. Akhirnya, tibalah dewan juri pada gazebo bernomor urut 06. Perhatian tertuju pada sebuah racikan yang sempat mendapat cecaran pertanyaan dan penjelasan untuk pemilik kuliner.
Ragam pertanyaan tertuju pada satu jenis racikan yang menurut juri merupakan olahan yang jarang terlihat di wilayah daratan Bombana, yakni inonta jantung pisang. Tak hanya inonta yang disajikan, tapi pemilik kuliner menambah sajian lainnya seperti tumpeng pisang bercampur ubi talas berbentuk kerucut tersaji rapi diatas piring putih.
“Kami dari Kecamatan Kabaena Selatan dan silahkan liat ada tumpeng pisang, inonta jantung pisang yang menjadi menu utama kami,” kata Sudarsina sembari tersenyum.
Jika peserta lain hanya fokus pada pengolahan buah menjadi makanan khas hingga memenuhi gazebo, Sudarsina menganggap itu sudah hal biasa.
Discussion about this post