Kalangan ibu-ibu lintas kecamatan itu cukup antusias dalam mengikuti lomba dengan memamerkan ragam olahan berbahan dasar pisang yang tertata rapi di lantai gazebo. Tak menunggu waktu lama, rombongan dewan juri nampak menenteng map merapat dan menjelajahi seluruh stand kuliner yang tersaji.
Penilaian pun dilakukan secara berurutan dengan mencecar ragam pertanyaan ke setiap pelaku kuliner. Tim penilai tentunya melihat sejauh mana kreativitas ibu-ibu meramu makanan yang berbahan dasar pisang, tingkat kebersihan, nilai estetik hingga wahana yang digunakan untuk sajian.
Hasil pengamatan Penasultra.id, penilaian dilakukan dengan sistem random alias acak dari urutan ganjil hingga genap. Akhirnya, tibalah dewan juri pada gazebo bernomor urut 06. Perhatian tertuju pada sebuah racikan yang sempat mendapat cecaran pertanyaan dan penjelasan untuk pemilik kuliner.
Ragam pertanyaan tertuju pada satu jenis racikan yang menurut juri merupakan olahan yang jarang terlihat di wilayah daratan Bombana, yakni inonta jantung pisang. Tak hanya inonta yang disajikan, tapi pemilik kuliner menambah sajian lainnya seperti tumpeng pisang bercampur ubi talas berbentuk kerucut tersaji rapi diatas piring putih.
“Kami dari Kecamatan Kabaena Selatan dan silahkan liat ada tumpeng pisang, inonta jantung pisang yang menjadi menu utama kami,” kata Sudarsina sembari tersenyum.
Jika peserta lain hanya fokus pada pengolahan buah menjadi makanan khas hingga memenuhi gazebo, Sudarsina menganggap itu sudah hal biasa.
Tak hanya buah yang ia andalkan, tubuh dan dalaman pohon pisang pun di rebah dan dikemas menjadi sesuatu yang nikmat. Sebab, sejak awal wanita yang kerap disapa bu Sina itu menargetkan juara hingga ia terinspirasi melalui filosofi pohon pisang yang bisa dimanfaatkan mulai dari batang, daun dan buah, pantang mati sebelum berbuah, mampu beradaptasi di semua tempat hingga memberi kontribusi besar bagi kehidupan manusia.
Sina menjelaskan tentang kulinernya yang dimulai dari tumpeng pisang. Kata dia, proses pembuatan tumpeng pisang itu cukup sederhana yakni gabungan dari beberapa bahan yang dikemas memakai pisang muda yang masih segar. Lalu, dikukus dan dicampur dengan ubi talas dan dibubuhi parutan kelapa termasuk santan kelapa dan garam.
Setelah itu dibentuk model kerucut dan dilapisi daun pisang muda di ujungnya. Perpaduan bumbu yang melekat pada racikan ini pun menggugah selera.
Discussion about this post