Oleh : Irman
Setiap tanggal 5 Oktober kita memperingati hari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Jenderal Sudirman merupakan panglima besar TNI pertama yang sangat dihormati sepanjang sejarah Indonesia. Perannya dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan sangat penting bagi Indonesia.
Jenderal Sudirman merupakan pahlawan nasional dengan jasa-jasanya yang besar. Berkat beliau, kedaulatan dan kemerdekaan bangsa Indonesia masih dipegang hingga saat ini. Kisah hidup, perjuangan, dan keteladannya bisa memberi inspirasi bagi para generasi muda.
Membaca sejarah singkat Jenderal Sudirman bisa memberi pandangan patriotisme dan rasa bela negara, semangat perjuangan sebagai warga negara Indonesia.
Perjalanan Hidup, Pendidikan, dan Keluarga
Perjalanan Jenderal Sudirman dimulai dari awal hidup dan pendidikannya. Sudirman (Soedirman) lahir di Purbalingga, Jawa Tengah pada tanggal 24 Januari 1916. Ayahnya Karsid Kartawiraji merupakan seorang pekerja di pabrik gula Kalibagor Banyumas dan ibunya Siyem merupakan keturunan Wedana Rembang.
Sejak kecil Sudirman diasuh oleh seorang camat bernama Raden Cokrosunaryo. Sudirman tidak diberitahu bahwa Cokrosunaryo bukanlah ayah kandungnya sampai ia berusia 18 tahun.
Saat berusia tujuh tahun, Sudirman terdaftar di sekolah pribumi (hollandsch inlandsche school). Sudirman dipindahkan ke sekolah menengah milik Gaman Siswa pada tahun ketujuh sekolah.
Pada tahun kedelapan, Sudirman pindah ke Sekolah Menengah Wirotomo setelah sekolah Taman Siswa ditutup oleh Ordonansi Sekolah Liar karena diketahui tidak terdaftar. Melanjutkan pendidikannya ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tetapi tidak sampai tamat.
Selama menempuh pendidikan di sana, ia pun turut serta dalam kegiatan organisasi Pramuka Hizbul Wathan.
Pada 1936, Sudirman menikahi Alfiah, mantan teman sekolahnya dan putri seorang pengusaha batik kaya bernama Raden Sastroatmojo. Setelah menikah, Sudirman tinggal di rumah mertuanya di Cilacap agar ia bisa menabung untuk membangun rumah sendiri.
Sudirman dan Alfiah Pasangan ini kemudian dikaruniai tiga orang putra; Ahmad Tidarwono, Muhammad Teguh Bambang Tjahjadi, dan Taufik Effendi, serta empat orang putri; Didi Praptiastuti, Didi Sutjiati, Didi Pudjiati, dan Titi Wahjuti Satyaningrum.
View this post on Instagram
Masa Menjadi Guru/Pendidik
Pada 1936, Sudirman kembali ke Cilacap untuk mengajar di sebuah sekolah dasar Muhammadiyah. Ia kemudian mengabdikan dirinya menjadi guru HIS Muhammadiyah, Cilacap dan pemandu di organisasi Pramuka Hizbul Wathan tersebut.
Discussion about this post