Penasehat Forum Akademisi Indonesia (FAI) itu juga menyatakan terkesan dengan gebrakan Menparekraf yang dikenal dengan terminologi “Gercep”, “Geber”, dan “Gaspol”.
“Gercep” menurut Sandi adalah bergerak cepat dan “Geber” adalah bergerak bersama-sama memanfaatkan semua potensi untuk membangkitkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Adapun “Gaspol” adalah menggarap secara optimal semua potensi yang ada.
Aat juga menyatakan setuju dengan pernyataan Sandi bahwa pariwisata Tanah Air tidak boleh hanya memperhatikan kuantitas, tetapi juga kualitas serta tak hanya mengejar profit, tetapi juga memperhatikan keberlangsungan lingkungan.
Sementara itu National Tourism Strategist, Taufan Rahmadi pada tempat terpisah menyatakan, naiknya peringkat dan citra pariwisata Indonesia secara signifikan di dunia internasional menandakan bahwa pembenahan industri pariwisata dan ekonomi ktreatif yang dilakukan Menparekraf mencapai hasil yang membanggakan.
“Tapi tentunya masih ada beberapa kekurangan. Ajang dunia semisal MotoGP adalah lahan untuk terus memperbaiki kekurangan. Dari pagelaran besar seperti ini kita bisa lihat apa yang kurang untuk dibenahi,” kata Taufan.
Menurut dia, ajang lain yang pas untuk menilai dunia pariwisata negeri ini adalah event balap mobil listrik di Jakarta, kemudian G-20 di Bali nanti. Selain itu, seluruh destinasi super prioritas seperti Bali hingga Komodo perlu terus belajar dan berbenah agar menjadi lebih baik lagi.
Secara khusus dia menyebut ada sejumlah PR yang perlu dibenahi. Mulai dari kualitas sumberdaya manusia (SDM) hingga infrastruktur bandara, pelabuhan, dan jalan yang memberi kemudahan bagi para pelancong.
Dalam indikator penilaian juga diukur faktor keamanan, lingkungan bisnis, kebersihan, hingga infrastruktur penunjang lain. Poin plus Indonesia, lanjutnya, terletak pada cultural resouces, natural resources, hingga harga yang bersaing.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
https://youtu.be/BXaiQPXT5E8
Discussion about this post