Diawali dengan presentasi Walikota Baubau AS Thamrin terkait kontroversi konsep yang dibangun melalui disertasi doktoral walikota terkait Polima. Dalam Disertasi itu, AS Thamrin mendudukan konsep Bhinci-Bhincikikuli menjadi bagian dari dasar membangun konsep Polima atau lima po.
Konsep Polima kemudian ditranskonsep dengan pancasila. Bahwa Polima merupakan lima dasar membangun masyarakat Buton :
- Po-bhinci-bhincikikuli (salimg toleransi) yang diintepretasikan sebagai Ketuhanan Yang Maha Esa
- Po-Maamasiaka (saling menyanyangi) diinterpretasikan sila kedua yakni Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap.
- Po-meeaka (saling menanggung rasa malu dan berjiwa besar) diintepretasikan sila ketiga Persatuan Indonesia
- Po-angka angkataka (saling mengangkat harkat dan martabat) diintepretasikan sila keempat
- Po-piapiara (saling mengayomi) diinterpretasikan sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
“Namun kemudian menjadi pertanyaan di masyarakat bahwa Bhinci Bhincikikuli adalah payung dari empat po diatas sehingga tidak bisa disejajarkan,” ungkap AS Thamrin.
Ali Mazi: Polima tidak Perlu Dipermasalahkan
Selanjutnya Gubernur Sultra Ali Mazi memberi pencerahan bahwa Polima tidak perlu dipermasalahkan. Karena kedudukan budaya dan falsafah tidak perlu disejajarkan dengan disertasi. Disertasi adalah sebuah konsep ilmiah yang kedudukannya sebagai sebuah dasar keilmuan.
Selain itu, Ali Mazi juga memberi pencerahan terkait disiplin dan ketaatan pejabat Kota Baubau karena pada pertemuan tersebut justru pemerintah provinsi yang banyak hadiri.
Setelah pertemuan berakhir, dilanjutkan ishoma yang dilakukan di RM. Silvana. Sejam kemudian Gubernur Sultra beserta rombongan dan didampingi Walikota, Wakil Walikota, Sekda, kepala OPD dan Forkopimda melanjutkan peninjauan lokasi pembuatan jembatan Buton-Muna. Kegiatan itu dilakukan di Kecamatan Lea-Lea, Kelurahan Palabusa dilaksanakan selama dua jam.(Adv/*)
Sumber: Kadis Kominfo M. Ridwan Badallah
Editor: Basisa
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post