Buku dengan Latar Peristiwa G30S/PKI
Peristiwa politik tahun 1965 yang menjadi masa kelam bagi bangsa Indonesia ini juga menginspirasi banyak karya fiksi lainnya. Sebut saja, buku Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, Pulang karya Leila S. Chudori, serta Amba karya Laksmi Pamuntjak. Semuanya mengambil benang merah masa G30S atau isu yang berkaitan dengan PKI. Termasuk salah satu karya yang terbit secara digital di Cabaca berjudul Roekiah 1965 karya Roe ini yang memiliki kisah dengan berlatarkan politik 1965.
“Buku Roekiah 1965 menceritakan perjalanan Roekiah dalam menggapai mimpinya yang terpendam, yakni menjadi pemain ludruk, juga menemukan ibunya yang belum pernah ia temui. Selama mewujudkan mimpinya, Roe mulai dituduh dan dicurigai sebagai simpatisan partai terlarang sampai dituduh sebagai gadis murahan yang menjual tubuh demi mendapat jalan ke panggung ludruk,” jelas Arga Dara Ramadhani sebagai editor buku Roekiah 1965 dalam keterangannya, Rabu 27 September 2023.
Arga menjelaskan, selain mengupas sisi gelap kejadian G30S pada masa 1965 (baik dari sisi ekonomi hingga psikologis) dan sesudahnya, buku ini memberikan warna baru dalam upaya sang tokoh untuk bisa menghidupkan kembali kesenian ludruk yang sempat dilarang pasca-pemberontakan.
Pembentukan karakter yang konsisten dalam mencapai tujuannya, dari plot awal yang belum mengetahui kesenian ludruk hingga akhirnya bisa tampil untuk menyuarakan kebenaran dan kritik sosial atas kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat menjadi salah satu keunikan bagi buku ini.
Selain itu, perjalanan Roekiah mencari sang Ibu yang sulit dicari jejaknya
pasca-pemberontakan terjadi juga menjadi satu kelebihan tersendiri. Meski buku ini merupakan kisah fiktif, tapi ada satu kelompok tertentu pada masa itu yang memiliki kenangan kurang menyenangkan tentang bagaimana mereka kehilangan keluarga akibat gerakan pembantaian besar-besaran.
Discussion about this post