Oleh: Hasriyana, S. Pd
Hampir memasuki lima bulan genosida yang terjadi di negeri yang diberkahi, Palestina. Tanda-tanda berakhirnya pun belum nampak. Namun dunia, khususnya negeri muslim lainnya masih dalam bahasa mengecam, tanpa membantu mereka dalam perlawanan.
Mirisnya, kondisi Palestina kini lumpuh total, bantuan yang dikirim pun sebagian masih tertahan di perbatasan, lalu kapan genosida ini berakhir, jika bantuan logistik saja yang dikirimkan?
Sebagaimana yang dikutip dari Republika (28-02-2024), Serangan-serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan 29.878 warga Palestina, kata Kementerian Kesehatan Gaza, ketika agresi Israel memasuki hari ke-144.
Kementerian itu juga mengatakan bahwa 70.215 warga Palestina lainnya menderita luka-luka dalam periode yang sama dan ada banyak orang yang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan, sementara tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka.
Pun sekitar 85 persen warga Gaza telah mengungsi akibat agresi Israel tersebut dan seluruh warga Palestina di sana menderita kerawanan pangan, menurut PBB.
Serangan zionis sungguh makin kejam dan tidak berkeprimanusiaan. Bagaimana tidak, hampir seluruh wilayah Palestina sudah dihancurkan oleh mereka, sisa beberapa saja yang masih bisa digunakan oleh warga. Mirisnya negeri-negeri muslim yang dekat dengan mereka pun hanya bisa mengecam tanpa bisa berbuat lebih besar seperti dengan mengirim pasukan tentara untuk membantu mereka.
Bukan hanya itu, batuan yang dikirim untuk warga Gaza juga tidak bisa masuk karena negara tetangga memilih menembok batas kedua negara tersebut, kalau pun masuk harus ada izin dari pemerintah.
Lalu mengapa negara tetangga tidak memberikan izin saja untuk bantuan logistik yang masuk ke Palestina? Kenapa harus ada penahanan di jalur perbatasan? Seolah mengisyaratkan bahwa ada ketakutan terhadap negara Israel ataukah karena dibatasi oleh undang-undang internasional yang berpihak terhadap Israel?
Discussion about this post