Sementara itu, dalam Islam, pemuda adalah aset bangsa yang harusnya dikembalikan lagi menjadi agen perubahan, penggerak perjuangan di masyarakat yang memiliki mental baja, mampu memberikan warna kebangkitan di tengah-tengah umat.
Sebagaimana banyak kisah pemuda-pemuda muslim yang menjadi ujung tombak perjuangan Islam, hingga Islam menjadi adidaya selama hampir 13 Abad.
Sebut saja Muhammad Al-Fatih, dilahirkan pada 27 Rajab 835 H/30 Maret 1432 M di Kota Erdine, ibu kota Daulah Utsmaniyah saat itu. Pemuda pilihan yang telah mewakafkan jiwa dan raganya demi Islam. Saat berusia 14 tahun, Muhammad Al-Fatih sudah mampu hafal Al-Qur’an dan menguasai 6 bahasa dunia.
Ketika menginjak usia 21 tahun, dia mampu menggantikan sang ayah memimpin Kesultanan Turki Ustmani, sebuah beban berat bagi seorang pria dengan umur tersebut. Namun dia diberkahi Allah SWT. dengan kecerdasan sehingga menjadi seorang ahli taktik militer, teknik, sains, matematika dan tentu saja seorang ahli ibadah, yang tidak pernah meninggalkan salat malam dan rawatibnya.
Perpaduan iman dan ilmu yang menyatu dalam amal perbuatan, menjadikannya tokoh terkenal dunia, karena mampu menaklukkan Konstantinopel yang kala itu bentengnya tidak bisa ditembus pasukan manapun selama 8 abad lamanya. Kedigdayaan Byzantium akhirnya jatuh di tangan Muhammad Al-Fatih.
Kegemilangan yang diraih sekaligus membuktikan kebenaran hadis nabi bahwa “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, seyogianya dan sudah selayaknya para pemuda saat ini tidak hanya mampu menginspirasi dan berkontribusi dari sisi materi, tetapi lebih dari itu mampu menjadi agen perubahan suatu peradaban yang cemerlang agar kelak tak hanya sukses di dunia, namun juga di akhirat kelak. Wallahu a’lam bi ash-shawab.(***)
Penulis: Guru dan Penulis Asal Konawe
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post