Pendidikan politik bagi pemilih pemula dapat dilakukan melalui sosialisasi politik dalam keluarga dan sekolah. Perannya sangat penting dalam membentuk pengetahuan, sikap, nilai, norma dan perilaku pemilih pemula. Sosialisasi politik dalam keluarga sangat ditentukan oleh karakteristik dan pola asuh orang tua.
Pola asuh represif yang menekankan pada kepatuhan anak dan pemberian hukuman terhadap perilaku yang keliru akan berdampak pada kecenderungan akan tumbuh menjadi politisi yang diktator. Sebaliknya pola asuh partisipatif yang menekankan pada otonomi anak akan cenderung tumbuh menjadi politisi yang demokratis.
Sekolah sebagai sistem sosial memberi ruang yang efektif untuk proses sosialisasi politik. Guru merupakan figur sentral bagi siswa yang tidak hanya berfungsi sebagai transformasi nilai-nilai dan transformasi ilmu pengetahuan. Tetapi lebih dari itu, guru menjadi role model bagi siswa dalam berpikir, bertindak, dan bersikap.
Oleh karena itu guru dan seluruh warga sekolah harus mampu menunjukkan sikap-sikap kepemimpinan demokratis dalam setiap pengambilan keputusan sebab diyakini mampu membangun sikap kritis sekaligus konstruktif bagi siswa.
Selain itu, pendidikan politik disekolah tidak hanya dapat diterapkan dalam pembelajaran kelas tetapi siswa juga dapat diberikan pendidikan politik melalui organisasi-organisasi siswa seperti OSIS, yang dalam hal ini dapat menjadi pembelajaran konkrit pendidikan politik dalam hal bagaimana siswa melakukan pemilihan ketua OSIS dengan mempraktikkan asas-asas demokrasi yang berpegang teguh pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.(***)
Penulis merupakan Ketua PC GP Ansor Kabupaten Muna
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post