Buntut tidak sesuainya kualitas, kata pria berusia 52 tahun itu, nelayan yang menerima bantuan tidak berani mempergunakan perahu ketinting untuk melaut. Mereka kuatir jika as tiba-tiba patah di tengah laut.
Gubernur Ali Mazi Resmikan Patung Soekarno di Sultra https://t.co/qqHpQXatxh
— Penasultra.id (@penasultra_id) September 18, 2021
“Ya kalau as nya patah ditengah laut sudah pasti perahu tak bisa jalan dan terombang-ambing oleh ombak. Saat ini masyarakat masih ribut soal itu,” timpal LS.
Selain soal kualitas as pemutar baling-baling ketinting, masih ada beberapa sekelumit persoalan yang diributkan warga di Desa Kolese. Di antaranya Pembangunan gedung sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Menurut LS, pembangunan gedung PAUD tidak ada dalam musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) desa. Bangunan yang saat ini tengah dalam proses pengerjaan, diduga lahir atas inisiasi Pemerintah Desa (Pemdes) Kolese yang dinahkodai oleh Plt Kades berinisial SM. Bukan atas aspirasi masyarakat.
“Kita tidak menantang pembangunan gedung sekolah PAUD, tapi seharusnya Pemdes Kolese menyahuti apa yang diusulkan oleh masyarakat saat musyawarah. Apalagi material seperti batu dan pasir yang dipakai, dibeli dari desa lain. Padahal ada warga Kolese yang jual bahan itu, kenapa harus jauh-jauh beli di luar. Ada apa?,” semprot LS.
Discussion about this post