Menurut Netti, begitu Mulharnetti Syas disapa, lebih tetap sasaran, utamanya persepsi menggiring opini publik dan kedalaman materi.
“Karakteristik dari media siber ini lengkap karena dia meng-hiperlink ke data-data yang dia punya, kemudian punya info grafis, sumber beritanya tidak satu orang,” urai akademisi dari Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta itu.
“Ada yang beberapa karya peserta lain feature tapi seperti observasi. Ketika saya membaca berita ini sampai tiga kali, saya mendapatkan informasi yang utuh, komprehensif,” ulasnya.
Meski begitu, bagi Yoko Sari, artikel Bertaruh Nyawa, Berjuang Melawan Ganasnya COVID-19 masih memiliki kelemahan.
“Ada satu hal menurut saya tidak tersentuh, bagaimana pemerintah mengatasi itu, tidak menjawab yang diinginkan pembaca. Kita tahu ada masalah ini, masyarakat kekurangan oksigen, tapi apa langkah pemerintah tidak ada. Tidak ada figur di-leadnya juga membuat satu nilai minus bagi artikel ini,” bebernya.
Reses di Ranomeeto, Hj. Nurlin Janji Perjuangkan Pengaspalan Jalan https://t.co/pzmuW1l9bf
— Penasultra.id (@penasultra_id) January 30, 2022
Pemenang Kategori Media Televisi dan Radio
Untuk pemenang kategori Televisi diraih oleh Miftah Faridl, Aga Dipa, Agoes Soekarno dari CNN Indonesia TV bertajuk Menghapus Mereka Yang Mati yang ditayangkan 22 Oktober 2021.
Ketua Juri Kategori Televisi, Nurjaman Mochtar melihat karya Miftah dan kawan-kawan mengkonfirmasi angka-angka tentang orang mati di tengah pandemi. Angka-angka ini menjadi acuan pengambil keputusan, tapi tidak diungkapkan ke publik.
“Jadi data-data ini dikeluarkan tidak sesuai dengan kenyataan, wartawan ini, saya melihat ‘Menghapus Jejak Kematian’ pada keakurasian yang baik karena bisa untuk diambil keputusan. Ini selisihnya hingga lima persen ke atas, terakhir closingnya adalah bahwa kematian bukan sekedar angka,” bebernya.
Komentar senada diutarakan juri lainnya, Tjandra Wibowo. Ia setuju ‘Menghapus Mereka yang Mati’ secara alur rapih dan bukan sekedar angka.
“Saya sudah cocok dengan ibu Tjandra dan pak Nur. Ini bagi saya cukup jeli menjadi sebuah problem yang diangkat. Menghapus Mereka yang Mati, news value ok, data dan kelayakannya juga ok diprosesnya juga cukup kuat,” sebut akademisi dari Universitas Padjajaran, Dadang Rahmat Hidayat yang juga juri Kategori Media Televisi.
Sementara pemenang kategori Radio adalah Taufik, Ramli, dan Dian dari RRI Sintang berjudul Oksigen Terakhir untuk Ayah yang disiarkan 3 Agustus 2021.
Juri kategori ini, Frank Pedak langsung mengomentari judul siaran berdurasi sekitar tujuh menit tersebut.
“Sangat puitis dari judulnya. Dia juga menggunakan metode induksi yang umumnya digunakan dalam pemuatan human interest,” puji Frank.
Salah seorang juri lainnya, Harleyantara sependapat narasi yang disajikan dalam siaran ini tidak monoton.
“Bagi saya mixing narasi narsumnya oke bener, dari segi ilmuwan dan human interestnya masuk. Begitu juga dari sisi seninya masuk juga. Keren pokoknya,” terang dia.
Ketua Juri Kategori Radio, Awanda Erna mengamini karya Taufik dan kawan-kawan layak dijadikan sebagai pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2021.
“Kalau indepth, saya memilih perjuangannya dan feature saya memaklumi. Jadi kesimpulannya, Oksigen Terakhir untuk Ayah, yang menjadi unggulan ini sudah memenuhi tema aktual, semangat dan harapan. Secara teknik penyajiannya juga ok, dari sudut mixing dan dinamis,” ujarnya.
Discussion about this post