PENASULTRA.ID, KENDARI – Politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jaelani dipastikan mengamankan satu kursi di DPR RI lewat daerah pemilihan (dapil) Sulawesi Tenggara (Sultra) pada Pemilu 2024.
Dapil Sultra memiliki jatah enam kursi untuk DPR RI. Berdasarkan formulir D hasil rekapitulasi suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) di 17 kabupaten dan kota di Sultra, enam partai memastikan lolos di DPR RI.
Adalah Gerindra (233.478 suara), NasDem (207.276 suara), PDIP (175.830 suara), Demokrat (159.282 suara), Golkar (149.788 suara) dan PKB (147.175 suara).
Pada Pemilu 2024, Jaelani boleh dibilang kerja sendiri menyumbang untuk partainya sebanyak 116.426 suara.
Bahkan, perolehan suara Jaelani ini turut memecahkan rekor perolehan suara caleg secara individu di Sultra pada Pemilu 2019 dipegang oleh politisi PAN Fachry Pahlevi Konggoasa dengan capaian 100.857 suara.
Ketua Lembaga Saksi Pemenangan Pemilu Wilayah DPW PKB Sultra, Aswan mengatakan, berdasarkan rekapitulasi suara dan persebarannya di 17 kabupaten/kota, Jaelani kebanyakan dipilih oleh masyarakat petani, nelayan pesisir hingga kelompok mayarakat yang bergerak di sektor peternakan.
Muna dan Muna Barat adalah kampung halaman Jaelani. Ia berhasil mendulang 26.116 suara di Muna dan 10.705 suara di Muna Barat.
Berikut perolehan suara Jaelani di 17 kabupaten dan kota di Sultra, Muna (26.116), Kota Kendari (12.910), Muna Barat (10.705), Konawe Selatan (7.912), Konawe (7.800), Buton Tengah (6.520), Kolaka Timur (6.031), Buton Utara (5.796), Buton Selatan (5.448), Bombana (4.556), Kolaka Utara (4.094), Baubau (3.529), Buton (3.486), Wakatobi (3.176), Konawe Utara (2.913), Kolaka (2.834), Konawe Kepulauan (2.600).
“Jadi, kalau ada yang klaim bahwa seseorang layak jadi gubernur karena perolehan suara tinggi di pileg, agak aneh bila tidak masukan Jaelani,” kata Aswan.
Menurut Koordinator Hukum DPW PKB Sultra ini, data yang mereka peroleh, suara Jaelani berada di TPS yang basisnya petani, nelayan dan masyarakat marjinal.
“Ada harapan masyarakat petani dan masyarakat pesisir kepada Jaelani untuk memperjuangkan kepentingan mereka di senayan,” jelas Aswan.
Ia mengatakan, perolehan suara Jaelani di TPS dengan basis petani dan nelayan sejalan dengan semangat Jaelani selama ini yang aktif dalam gerakan pertanian organik.
Selain itu, Jaelani juga memiliki pandangan yang relevan dalam hal pelestarian lingkungan dan pemanfaatan pangan lokal dalam menunjang perekonomian nasional.
Segendang sepenarian dengan Aswan, salah seorang dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo Kendari, La Ode Efrianto menyebut, Jaelani ini memiliki sisi yang unik. Belum pernah menjadi kepala daerah namun bisa mengalahkan pesohor politik di Bumi Anoa.
Ia menyebut, Jaelani hanya berlatar belakang seorang aktivis mahasiswa dan hampir dikenal dengan pribadi yang jauh dari kata “bermateri”.
Perlu diketahui juga, Jaelani adalah mantan pengurus PB PMII dan anak seorang guru di Kabupaten Muna.
“Ini unik sekali. Jadi, munculnya Jaelani ini mengubah pandangan politik kita bahwa tidak selamanya yang pernah berkuasa dan memiliki materi yang besar bisa mendulang suara yang banyak,” ujar Efrianto.
Menurutnya, ada banyak indikator sehingga suara Jaelani membeludak di 17 kabupaten dan kota di Sultra.
Discussion about this post