Misalnya, Jaelani berhasil meraih suara terbanyak di kepulauan Muna Raya hingga mencapai hampir 40 ribu. Kemudian, Jaelani juga mampu memperoleh suara maksimal di wilayah Kepulauan Buton yang masyarakatnya mayoritas nelayan.
“Kita tahu, Muna, Muna Barat dan Buton Utara ini kultur masyarakatnya adalah petani dan nelayan. Termasuk peternak. Di Kepulauan Buton juga suaranya membeludak. Artinya, Jaelani memiliki sebaran pemilih yang besar khususnya para petani, nelayan dan peternakan,” jelasnya.
Ketiga, kata Efrianto, Jaelani memanfaatkan media sosial, khususnya Youtube untuk mempopulerkan potensi desa yang dikunjunginya.
Pemanfaatan media sosial di setiap kunjungan, apalagi mengangkat potensi desa, potensi perekonomian masyarakat pesisir menjadi kredit poin bagi seorang politisi.
“Setelah kami melakukan kajian, ternyata konten-konten yang lebih humanis ini bikin seorang politisi makin dekat dengan pemilihnya. Positifnya, pak Jaelani memulai konten itu jauh sebelum momen politik,” katanya.
Diketahui, selain menjadi politisi, Jaelani juga aktif sebagai aktivis sosial, pegiat lingkungan, pegiat desa hingga mengampu organisasi pertanian berbasis organik, Gema Desantara.
Keempat, tambah Efrianto, Jaelani mampu menjahit tim menjadi kekuatan yang lebih solid dan militan. Sosoknya yang masih muda, memudahkan dirinya menggaet kawula muda untuk bergabung dalam timnya.
“Tentu, politisi itu baiknya memiliki daya jelajah yang baik hingga ke pelosok. Itu poin yang dimiliki pak Jaelani,” Efrianto memungkas.
Penulis: Yeni Marinda
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post