Musibah juga merupakan teguran dan peringatan bagi manusia atas kelalaian dan kerusakan yang telah diperbuat di muka bumi. Sesungguhnya Allah, Swt. Berfirman, “Musibah apa saja yang menimpa kalian itu adalah akibat perbuatan kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dosa-dosa kalian),” (QS. Asy-syura:30).
Musibah sepatutnya menjadi pengingat bagi seluruh elemen masyarakat termasuk penguasa. Sebagai individu, hendaknya memaknai musibah sebagai ujian, peringatan dan motivasi untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
Sebagai bagian dari masyarakat, hendaknya menjalankan peran sebagai sosial kontrol melalui aktivitas amar makruf nahi munkar. Sebagai penguasa hendaknya menjalankan fungsi sebagai pelindung dan pelayan bagi rakyat. Kemaslahatan rakyat harus menjadi prioritas. Untuk menghadapi bencana seyogianya penguasa menyiapkan mitigasi bencana, yakni segala upaya mengurangi risiko bencana. Dari kesiapan peralatan, SDM hingga pendanaan.
Selanjutnya, negara bertanggung jawab mengedukasi masyarakat tentang bencana melalui penyuluhan oleh lembaga terkait atau melalui berbagai media milik negara. Namun, mekanisme seperti ini tidak kita temukan dalam sistem hari ini. Dimana pengurusan urusan rakyat selalu berbasis untung rugi.
Pelayanan berbasis kemaslahatan rakyat hanya ada dalam sistem Islam, dengan seperangkat aturannya yang sempurna dan paripurna. Dengan demikian, pelayanan terbaik penguasa atas rakyatnya hanya bisa terwujud dalam sebuah institusi yang menerapkan Islam secara sempurna. Wallaahu A’lam.
Penulis: Relawan Media Kendari
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post