Hamba tanya kepada para tetangga, apakah mungkin dia sakit atau bagaimana? Ternyata dia sehat-sehat saja. Cuma sudah tidak salat subuh berjemaah di masjid lagi. Begitu pula, setelah pembeli tanah dari hamba, dia sudah tidak pernah berkomunikasi dengan hamba. Disinilah pepatah lama masih berlaku: dalamnya laut dapat diukur, hati manusia siapa yang tahu?
Tak ada satu pun yang saling mengetahui apa niat jemaah yang salat subuh di masjid. Hamba yakin sebagian besar jemaah salat subuh di masjid dekat rumah hamba, memang ingin mengabdi dan mewujudkan rasa tunduk dan patuh kepada Allah.
Kendati begitu, barangkali selalu ada satu dua orang yang salat subuh di masjid hanya dengan niat ingin menerapkan strategi bisnis, atau pendekatan terhadap sesama jemaah saja. Setelah hal itu tercapai, mereka pun kembali meninggalkan salat subuh berjemaah di masjid.
Kata orang, niat ingsun, atau niat orang, memang siapa yang faham? Termasuk niat masing-masing salat subuh di masjid?
Kalaulah niatnya bukan semata-mata menyerahkan diri kepada Allah, tentu meninggalkan salat subuh di masjid bukanlah perkara yang luar biasa bagi mereka. Jika tujuan sudah tercapai, boleh jadi mereka tak peduli lagi dengan salat subuh di masjid. Astagfirullah. T a b i k!.
(Bersambung…..)
Penulis adalah wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah
(Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi)
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post