Jadi, ketika pulang sebagian besar jemaah membawa pulang “oleh-oleh.” Dari raut wajah dan gestur tubuhnya kentara para jemaah bersuka cita membawa makanan dari masjid, termasuk hamba ini.
Dalam kebudayaan orang Indonesia, membawa “oleh-oleh” atau “berkat” dari suatu acara, merupakan kebiasaan atau tradisi yang kuat. Walaupun “oleh-oleh” atau “berkat” yang dibawa sebenarnya juga dapat dibeli dengan mudah, baik kesediaan maupun harganya, tapi buah tangan itu mempunyai nilai yang khas yang menyenangkan keluarga yang menerimanya.
Maka para jemaah pun membawa pulang boksnya dengan senang hati. Adapun minumnya ketika keluar dari masjid, pengurus masjid sudah menyediakan petugas yang membawa kantong plastik besar untuk tempat bekas minuman. Para jemaah membawa minumannya masing-masing waktu pulang dan menempatkannya ke kantong plastik itu. Dengan demikian masjid tetap bersih.
Memang acara ini bukanlah bagian dari kewajiban atau sunah dalam salat subuh, tapi merupakan kegiatan tersendiri yang memberikan kemanfaatan buat jemaah. Sifatnya juga sukarela dan elastis. Jika setelah salat subuh, kita ada keperluan lain, kita boleh tidak ikut acara ini. Bebas saja. Bahkan kalau kita tidak ikut acaranya, tapi mau bawa pulang berkatnya juga boleh….
Oh ya, tentu ketika bulan puasa, kegiatan ini sementara ditiadakan. T a b i k!
(Bersambung….)
Penulis adalah wartawan dan advokat senior serta Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah
(Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi)
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post