“Khususnya menghentikan konflik bersenjata Rusia-Ukraina,” beber Aat.
View this post on Instagram
Indonesia yang memegang Presidensi G20 akan menggelar Pertemuan Puncak G20 di Bali pada November 2022. Momentum itu, kata Aat perlu dimanfaatkan secara optimal dengan melakukan terobosan-terobosan diplomasi yang efektif bagi kepentingan kerjasama dan perdamaian internasional.
“Indonesia juga perlu mengajak Rusia dan Ukraina untuk duduk bersama dalam satu meja guna mencari solusi bagi terciptanya win-win solution. Dimana kedua pihak bisa memperoleh apa yang diinginkan masing-masing. Meski mungkin tidak memuaskan, tetapi paling tidak di antara mereka tidak ada yang dirugikan,” Aat menambahkan.
“Pembicaraan damai Rusia-Ukraina itu juga perlu melibatkan para mantan Dubes RI untuk Rusia dan mantan Dubes RI untuk Ukraina, karena saya yakin mereka memiliki pengalaman serta pandangan luas dan bijak terkait arti pentingnya persahabatan antarnegara,” Penasehat Forum Akademisi Indonesia (FAI) itu memungkas.
Untuk diketahui, informasi dari Kementerian Luar Negeri RI menyebutkan, Rusia merupakan mitra dagang dan salah satu sumber investasi terbesar Indonesia, dengan neraca perdagangan rata-rata dalam lima tahun terakhir sebesar USD 2,3 miliar.
Di tengah pandemi Covid-19, neraca perdagangan tahun 2020 mampu mencatat surplus di pihak Indonesia sebesar USD 16 juta, dengan total volume perdagangan sebesar USD 1,93 milyar.
Discussion about this post